“Semua agama sama. Semua agama mengajarkan kebaikan. Semua agama baik dan benar. Tak ada agama yang menganjurkan kejahatan kepada pemeluk-pemeluknya. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi toleransi agama. Mengajarkan budi pekerti keluhuran.”
Terlampau sering sepertinya kita (khususnya Penulis) mendengar kalimat-kalimat 'indah' itu. Dulu sewaktu bersekolah di SD, Penulis sudah sering mendengarnya di pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) atau PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang diajarkan bapak/ibu guru.
Dan sekarang kalimat itu semakin sering lagi nyaring terdengar terutama disuarakan oleh tokoh-tokoh yang sering muncul di televisi.
Berdasarkan pemahaman mereka, agama itu tidak ada bedanya. Agama Islam sama dengan agama Kristen. Agama Kristen sama dengan agama Katolik, Agama Katolik sama dengan Budha. Dan Budha sama juga dengan Hindu. Sehingga semua agama itu sama. Yang membedakan antara semua agama itu hanya namanya saja. Semua agama hakekatnya menuju pada Tuhan yang sama, hanya jalannya saja yang berbeda-beda.
Benarkah demikian?
Penulis pun menjawab, “Iya, sama. Yaitu sama-sama agama. Tetapi masing-masing agama tentu saja berbeda-beda. Setidaknya, berbeda tata cara ibadahnya, berbeda kitab sucinya, dan berbeda hal-hal lainnya meskipun ada sisi kesamaan tertentu diantaranya.”
Ketika SMP, seorang guru PPKn pernah ditanya, “Sapi, kerbau, gajah, kambing, domba, rusa, babi, dan anjing adalah binatang yang memiliki empat kaki. Apakah kita bisa mengatakan bahwa sapi sama dengan kerbau, kerbau sama dengan gajah, kambing sama dengan domba, dan seterusnya sehingga semua binatang itu sama, pak?” tanya si siswa itu yang kemudian sedikit membuat si guru PPKn agak naik pitam.
Kalau memang berbeda, kenapa mesti disama-samakan? Kalau memang semestinya berbeda kenapa harus diseragamkan? Kalau memang realitanya seluruh agama itu berbeda, kenapa harus disatukan? Kalau memang setiap agama itu berbeda, kenapa harus ditoleransikan agar bisa sama?
Jika memang pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah, maka berarti orang itu seperti orang buta yang menganggap bahwa sapi sama dengan anjing sama dengan kucing, kambing, gajah, rusa. Wallahu a'lam.
Jadi, masihkah kita meyakini dan mengatakan bahwa semua agama itu sama?
Ahmed Fikreatif (Blogger/Narablog)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar