Alumni Ma'had Aly An-Nua'imyPemerintah Prancis berniat kembali menggulirkan kebijakan anti-Islam setelah sebelumnya, undang-undang kontroversial larangan pemakaian jilbab, mendapat protes hebat dari umat Islam. Dengan alasan karena warga Muslim menunaikan shalat di pinggir jalan, pemerintah Prancis berniat membatasi kebebasan warga Muslim dalam menunaikan kewajiban agama mereka.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Claude Guéant, yang dikenal sebagai salah satu politisi think-tank politik anti-Islam di negara ini, menetapkan peraturan baru melarang pelaksanaan shalat jamaah di pinggir jalan. Ini adalah reaksi akibat semakin membludaknya peserta salat berjamaah yang tidak disertai kapisitas masjid yang memadai.
Kenapa otoritas Prancis berusaha membatasi urusan shalat berjamaah kaum Muslimin?Pertama, karena negara multicultural itu dihinggapi phobia terhadap Islam. Prancis khususnya dan Eropa pada umumnya hari ini sangat khawatir terhadap perkembangan pemeluk Islam yang sangat tajam. Di Negara menara Eiffel ini, Islam di sana menjadi agama kedua terbesar setelah Katolik. Jumlah pemeluknya diyakini 5 juta lebih.Atas dasar kekhawatiran itu, pemerintah mereka berupaya sebisa mungkin menekan kaum muslimin, baik dengan undaang-undang yang diskriminatif, bahkan melalui aksi refresif.Kedua, shalat berjamaah ibaratnya adalah show of force atau unjuk kekuatan kaum muslimin. Di barat sana, shalat berjamaah amat ramai dan padat. Tentu berbeda dengan di sini yang shalat berjamaah di masjid yang hanya diisi oleh orang itu-itu saja. Pemerintah Prancis takut dengan segala hal yang berbau simbol atau syiar agama. Jadi, sebisa mungkin mereka melegalkan aturan ketat untuk membatasinya.Ibadah jamaah, baik itu di masjid atau musolla adalah syiar agama. Dalam al-quran disebutkan bagi yang mengaguingkan syiar-syiar Allah merupakan cirri orang yg bertaqwa. Berdasarkan hal itu, rupanya banyak juga kaum Muslimin belum bertaqwa.Bila berbicara shalat berjamaah di masjid atau di musolla di negeri ini kadang membuat kita bersedih, miris, sekaligus heran. Seharusnya kita malu dengan saudara-saudara kita yang jauh di sana, yang islamnya baru seumur jagung namun semangat berjamaahnya amat luar biasa. Masjidnya ramai dengan beragam aktifitas, hingga ‘berhasil’ membuat pemerintah mereka yang notabene kafir menjadi kalang-kabut akibat luar biasa khawatir.Kini kita lihat masjid-masjid di sekitar kita rata-rata sepi jamaah. Kaum muslimin lebih memilih shalat di rumah atau di kantornya. Bahkan ada pameo bahwa masjid atau musolla hanya cocok bagi mereka yang berusia lanjut alias ’yang sudah bau tanah’. Ironis bukan?Namun kita tidak perlu larut begitu saja, masih banyak kaum muslimin yang tetap eksis memakmurkan masjid atau musolla mereka. Mereka yang disebut oleh Nabi saw dalam sabdanya: ??? ????? ????? ????? ?????? ??????? ?? ????????». ??? ???? ?????: {???? ???? ????? ???? ?? ??? ????? ?????? ??????} Artinya: “Jika kalian melihat seorang yang membiasakan diri (mendatangi) masjid, maka saksikanlah baginya keimanan. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Alloh hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian’” (HR. At-Tirmizi)Mereka yang memakmurkan masjid saat ini benar-benar murni atas motivasi akhirat semata. Tepatlah apa yang dikatakan Alloh SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kecuali kepada Allah. Makamudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah: 18).Nabi saw banyak memberi motivasi kepada kaum musimin secara umum untuk mendatangi masjid dan memakmurkannya. Beliau menyebut mereka dengan predikat yang baik dan memuliakan mereka. Seperti hadits «???? ???? ??????? ?? ??? ????» Artinya: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid adalah kerabat Allah. (HR. Bazzar)Bagaimanapun juga shalat berjamaah apalagi bila di masjid keutammannya sangat luar biasa. Salat sendiri jika dibandingkan shalat berjamaah adalah 1:27. Artinya bila kita shalat berjamaah satu waktu saja sama dengan shalat sendiri 27 kali. Orang yang menghabiskan umurnya salat sendiri selama 27 tahun, bisa dilampaui pahalanya oleh orang yang gemar berjamaah selama satu thn saja. Benar-benar luar biasa.Sekarang kita perlu berkaca, kenapa kita meninggalkan masjid sepi. Padahal mungkin di antara kita ada yang duduk sebagai pengurus utama masjid. Nama kita mungkin tertera sebagai anggota remaja masjid. Rumah kita pun bertetangga dengan masjid.Kita mungkin ingat, saat pembangunan masjid, kita adalah salah satu panitianya. Bahkan satu di antara mereka yang terjun menjemput dana dengan mengirim proposal ke berbagai instansi. Kita mungkin dulu rajin turut serta bergotong-royong mengangkut pasir saat membangunnya. Namun setelah masjid berdiri megah, kita puas dan bangga dengan melihat hasilnya saja, bukan malah rajin memakmurkannya.Bandingkan dengan perjuangan saudara-saudara kita seiman di daerah minoritas, di Eropa, Amerika, bahkan di Asia sendiri. Betapa sulitnya mereka memiliki masjid. Pemerintah setempat cenderung menerapkan aturan yang ketat. Bahkan setelah masjid berdiripun, mereka diawasi ketat. Terkadang mereka harus mengakali hal itu dengan menjadikan rumah mereka sebagai masjid atau menyewa gedung untuk sekedar shalat Jum’at.Di Palestina sana, saudara-saudari kita tidak diizinkan shalat di Masjid Al-Aqsa kecuali bila berusia di atas 50 tahun. Mereka berani bentrok dengan polisi Israel demi untuk shalat di dalam Masjid Al-Aqsha. Luka akibat tembakan dan cedera karena dipukul senjata tidak menyurutkan langkah saudara-saudara kita itu. Keadaan kita tidak sesulit mereka. Mereka harus berjuang ekstra untuk mendapatkan haknya. Sedangkan kita tinggal menjalankan kewajiban saja. Kita belum mampu mensyukuri kelapangan dan keleluasaan ini dengan baik. Sedangkan mereka sudah mampu menggabungkan antara rasa syukur dan sabar. Semoga kita semua diberikan hidayah dan taufiq oleh Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar