Masjid-masjid kini merintih mengadukan keadaannya yang kosong dari orang-orang yang mengunjunginya untuk sekedar berdzikir kepada Allah I . Ia telah kehilangan orang-orang yang dulu bertasbih kepada Allah I di dalamnya setiap pagi dan petang. Ia juga kehilangan orang-orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, yang takut pada satu hari saat hati dan pandangan menjadi guncang.
Ia telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu beritikaf, ruku' dan sujud. Orang-orang yang senantiasa memakmurkannya di pertengahan malam dan di penghujung siang. Dulu masjid adalah rumah untuk beribadah dan madrasah untuk menggali ilmu. Tempat kaum Muslimin bertemu dan bertolak. Di sanalah mereka saling mengenal satu sama lain untuk kemudian saling mencintai. Dan dari sanalah mereka mengumpulkan bekal kerohanian, cahaya ilmu, serta kuatnya keyakinan. Di sanalah hati mereka selalu tertambat, dan ke sanalah jiwa mereka selalu kembali. Masjid lebih mereka cintai daripada rumah dan harta mereka. Mereka tidak pernah merasa jenuh untuk berlama-lama duduk di dalamnya. Dan mereka tidak pernah merasa bosan untuk senantiasa mengunjunginya walau pun jarak membentang menghalanginya. Mereka senantiasa mengharap pahala dari setiap langkah yang mereka langkahkan. Memetik manfaat dari setiap waktu yang mereka habiskan di dalamnya, dan berlomba-lomba untuk segera menandatanginya.
Sebelum melanjutkan pembahasan lebih lanjut, alangkah bijak jikalau kita mendudukkan terlebih dahulu perbedaan signifikan antara kondisi masjid zaman Rasulullah dan masjid di zaman ini. Kalau dari segi fisik tentu tidak perlu dibahas panjang lebar. Yang akan kami kemukakan adalah perbedaan mencolok akan aktifitas yang terjadi antara masjid zaman dahulu dengan masjid zaman sekarang. Adapun kondisi yang berkaitan dengan masjid di zaman Rosulullah r adalah sebagai berikut:
1. Tempat yang dibangun pertama kali saat Rasulullah hijrah adalah masjid. Bahkan sebelum sampai kota Madinah, Rasulullah r membangun Masjid di Quba.
2. Rasulullah menyampaikan wasiat, nasehat, perintah kepada pera sahabatnya yang akhirnya kepada umatnya di masa selanjutnya melalui mimbar masjid.
3. Rasulullah mengajak sahabat-sahabat berdiskusi di dalam masjid untuk memikirkan umat serta dakwah Islam. Mendengarkan keluhan-keluhan sahabatnya, juga membicarakan apa yang akan mereka capai dan kerjakan untuk melebarkan sayap dakwah.
4. Masjid selalu penuh dengan sholat berjamaah, untuk seluruh waktu sholat, bahkan tidak ada bedanya jamaah sholat subuh dan sholat jumat. Pada zaman itu orang yang terlambat sholat akan menyesal dengan penyesalan yang amat besar. Itu baru terlambat, lebih-lebih jikalau sampai tidak ikut sholat berjama’ah. Sebagaimana yang pernah menimpa Umar bin Khotob yang tertinggal jama’ah karena mengelilingi kebunnya, seketika itu juga sebagai bentuk penyesalannya beliau langsung menginfakkan seluruh kebunnya beserta apa yang ada di dalamnya.
5. Masjid menjadi pusat, dalam arti harfiah. Bangunan-bangunan, sentra-sentra aktivitas masyarakat dibangun dekat dengan masjid, hal ini dengan maksud agar tidak ketinggalan sholat berjamaah di masjid bersama Rasulullah.
Fakta-fakta diatas diperkuat oleh output dari umat Islam saat itu. Kita bisa membaca sejarah bagaimana Islam meraih kemenangan disegala bidang. Masjid dan sistem pembinaan yang dilakukan oleh pembina ulung telah menghasilkan manusia sekaliber Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman, Ali Bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid yang mampu menjadi panglima pasukan Islam pada umur 15 tahun maupun sahabat-sahabat lain serta ulama-ulama sepeninggalan Nabi Muhammad r .
Sebaliknya, kondisi masjid dewasa ini jauh dari kondisi masjid jaman rasulullah. fakta-fakta yang bisa kita lihat sangat bertolak belakang dengan model ideal tersebut. Beberapa fakta yang dapat kita saksikan tentang masjid dewasa ini adalah:
1. Masjid besar dan banyak namun sepi jama’ah.
Semangat umat Islam saat ini hanya dapat bangunan fisik semata. Mereka berlomba-lomba membangun masjid, namun lupa untuk meramaikan masjid. Bahkan terjadi membangun masjid untuk simbolisasi status sosial seseorang. Seakan tidak ada rasa kepemilikan di antara mereka. Juga tiada kepedulian lagi akan kondisi masjid tersebut.
2. Toilet masjid dapat dipastikan kondisinya kotor dan bau, sehingga tidak mencerminkan umat Islam mencintai keindahan dan kebersihan. Belum lagi karpet atau alas yang tidak pernah dicuci atau lantai tidak pernah disapu. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana kita bisa khusyuk untuk bercengkerama dengan Allah jika kita selalu diganggu dengan aroma tidak sedap serta sirkulasi udara yang tidak baik?.
3. Masjid dikelola apa adanya tanpa manajemen yang baik, bahkan hanya menggunakan manajemen kekeluargaan. Bahkan tidak sedikit masjid yang menggunakan sistem “kesadaran”. Karena tiadanya pengurus yang tetap yang mau ditunjuk. Jadi hal yang berkaitan dengan sirkulasi masjid hanya diurus oleh orang “yang mau” mengurus saja. Itu pun jikalau ada yang sadar akan hal tersebut.
4. Masjid hanya untuk ibadah ritual sholat tidak memaksimalkan potensinya yang besar. Tidak ada aktivitas selain waktu sholat, setelah itu masjid sepi dan dikunci. Tidak ada diskusi, bedah buku/kitab, kajian tematis, rapat strategi pengumpulan dan penyaluran zakat yang efektif dan efisien, apalagi sebagai tempat untuk menuntut ilmu-ilmu dunia, seperti pelatihan computer, kewirausahaan, dsb.
5. Jama’ah masjid terbesar adalah orang-orang tua, sepi dari remaja maupun pemuda. Yang hadir di masjid adalah orang tua yang sudah memang sudah sepantasnya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Generasi muda cenderung tidak ke masjid karena tidak ada sesuatu menarik bagi mereka. Daya tarik itu ternyata diberikan oleh institusi-institusi diluar Masjid yang belum tentu memberikan pengajaran nilai-nilai Islam dalam aktivitasnya bahkan bisa jadi malah bertentangan dengan nilai nilai Islam.
6. Remaja dan pemuda enggan aktif di organisasi remaja masjid karena dominasi orang tua yang tidak memberikan ruang gerak bagi remaja masjid.
Begitulah sekelumit perbedaan antara kondisi dan keadaan masjid di zaman Rasulullah dan zaman sekarang. Boleh jadi itu hanya permukaan dari gunung es. Apa yang tersembunyi jauh lebih besar dari apa yang tampak. Boleh jadi jilau tidak segera diadakan perubahan maka akan tiba masanya penyelewengan yang berkaitan dengan masjid akan semakin jauh lagi. Hingga akhirnya ada dan tidaknya masjid sudah bukan menjadi masalah lagi yang harus difikirkan. Na’udzubillah.
2 komentar:
emang bener bro..masjid skrg terkadang dikelola apa adanya..toilet terkadang tidak bersih..sedih bro aku baca nya kali ini,,
wah....keren dah
nice inpo gan
Posting Komentar