WADAH DAKWAH

 Ada sebuah kata bijak yang cukup berarti mengatakan,
“Kebenaran yang tidak teroganisir, maka akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir”.
 Ketika sebuah dakwah tidak teroganisir, maunya jalan sendiri-sendiri tentu akan kacau. Satu sama lain saling berebut pengikut. Saling gontok dan saling sikut terjadi di antara kubu dakwah yang ada.
Dan di antara wasilah menjadikan dakwah lebih terorganisir adalah dengan adanya wadah yang mengatur dan membahas sepak terjang dalam berdakwah. Degan adanya wadah yang membahas permasalahan dakwah diharapkan tidak adanya saling sikut dan saling tendang. Apalagi saling menjatuhkan satu sama lain.
Wadah dakwah yang kondusif di antara tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai wadah adalah masjid. Sebagaimana langkah dakwah Rasulullah r  ketika beliau hijrah ke Madinah. Beliau memulai dengan pembangunan masjid. Saat itu beliau mempersaudarakan para sahabat Anshor dan Muhajirin. Dan  pembinaan  para sahabat pun beliau lakukan di masjid. Beliau menjadikan masjid menjadi wadah yang optimal. Sehingga langkah-langkah yang diambil menjadi lebih strategis dan terarah.
Fungsi wadah juga sebagai basis pertahanan. Baik pertahanan yang bersifat majazi maupun yang bersifat hakiki. Karena pertahanan seorang muslim dari ke islamannya adalah dengan pertahanan aqidah.
Dan dengan wadah ini pula diharapkan menjadi tempat untuk saling mengingatkan antara satu dengan lainnya. Bila ada salah yang tidak disengaja maupun kebijakan yang kurang menguntungkan bisa saling islah di wadah dakwah tersebut. Sehinnga ketika keluar dari wadah sudah tidak ada lagi persengketaan di antara para juru dakwah mauupun para pengikut ajakan dakwah.
   KAITAN ANTARA MASJID DAN DAKWAH
Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mu’min. 
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”[1]
 Menyeru kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai hingga sepertiga dunia. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan di dunia ini pernah hidup bersama Islam. dakwah menjadi sarana sekaligus senjata untuk membendung arus budaya rusak yang akan menggerus kepribadian Islam kita.
Juga dakwah merupakan bentuk kepedulian kita kepada umat. Karena jikalau di suatu tempat ada yang berbuat maksiat dan tidak ada yang mengingatkannya maka “peringatan” dari Allah tidak hanya diberikan kepada orang yang bermaksiat saja. Melainkan kepada seluruh penduduk yang ada di situ.
Rasulullah r . bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.”[2]
 Adapun kaitannya dengan masjid karena dakwah sudah identik dengan masjid. Hingga ketika ada seseorang yang memperingatkan orang lain ketika bermaksiat maka ia secara otomatis mengelak, “kalau mau dakwah di masjid saja”. Memang ini jawaban yang terkesan menyepelekan. Namun memang masjid sudah identik dengan adanya dakwah. Meskipun dakwah itu sendiri tidak hanya dibatasi di masjid saja.
Masjid menjadi tempat kumpul untuk dakwah yang mudah diketahui dan didatangi. Makanya keberadaan dakwah dan masjid menjadi hal yang urgen bagi masyarakat.
Bukankah ciri dari umat terbaik adalah saling mengingatkan akan perkara ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran?

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”[3]

3 komentar:

Unknown mengatakan...

salam sahabat
begitu dalam pembahasan ini saya mendapatkan suatu ilmu yang sangat bermanfaat terima kasih

plukers mengatakan...

yg penting kita saling mengingatkan bro jika ada yg berbuat maksiat...terima kasih..

fakta lompat mengatakan...

yang penting kita tetap beriman...hehehe