Tanggal 23 Juni 2011 mayoritas anggota parlemen Belanda De Tweede Kamer mendukung Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk melarang penyembelihan tanpa bius. RUU ini diajukan oleh partai pembela hewan Partij voor de Dieren (PvdD), yang memiliki dua kursi di parlemen.
Partai untuk hewan berpendapat secara ilmiyah terbukti bahwa penyembelihan ritual, seperti yang dilakukan umat Islam dan Yahudi Ortodoks, menyiksa binatang. Masyarakat Yahudi dan muslim pun besatu menentang RUU ini. Organisasi Yahudi dan Islam mengatakan, RUU ini bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama yang dilindungi oleh Konstitusi Belanda.
Alot
Perdebatan di parlemen pun terjadi sengit dan alot, yang berlangsung sampai jam 3 dini hari. Para anggota parlemen dari partai-partai berbasis agama Kristen, seperti CDA, Christen Unie dan SGP tidak setuju usulan PvdD, partai pembela hewan tadi, untuk melarang penyembelihan tanpa bius.
Namun partai-partai sekuler seperti VVD (partai liberal konservatif, PvdA (partai buruh), D66 (partai demokrat), SP (partai sosialis) mendukung larangan penyembelihan ritual seperti yang diusulkan partai pembela hewan tersebut. Akhirnya mayoritas anggota parlemen mendukung pelarangan penyembelihan tanpa bius.
Pengecualian
Namun ada pengecualian. Kalau kelompok agama bisa membuktikan secara ilmiyah bahwa binatang tidak merasa sakit apabila disembelih secara ritual tanpa bius, maka mereka boleh melakukan penyembelihan ritual tanpa bius.
Tak pelak lagi kelompok Yahudi dan Islam pun sangat kecewa. Seorang warga Yahudi mempertanyakan kenapa pihaknya yang harus membuktikan bahwa penyembelihan secara ritual itu tidak menyiksa hewan.
Kekecewaan kelompok Yahudi dan Islam ini mungkin bisa terobati oleh tulisan profesor Jan Bernards, seorang dokter dan mantan guru besar fisiologi medis di Universitas Radboud, Nijmegen. Dalam kolomnya di koran Trouw itu ia menyimpulkan bahwa hewan yang disembelih sebenarnya tidak menderita sakit. Hewan memang menderita stres berat, tulis Jan Bernards.
Stres
Hewan yang mau disebelih biasanya memberontak dan pemberontakan ini bisa membuat hewan terluka. Cidera bisa berdampak melumpuhkan bagi hewan. Dalam kondisi stres muncul zat kimia apa yang disebut androfin. Walhasil, hewan yang mau disembelih bisa stres berat.
Namun penyembelihan itu sendiri, menurut Bernards di kolomnya, sebenarnya tidak menyakiti hewan terkait. Menurut Bernards, karena pemotongan urat nadi leher binatang terjadi sangat cepat, terlalu singkat waktunya untuk sempat merangsang rasa sakit. Masalahnya, supaya berdampak, stimulusnya harus berlangsung lama dan kadarnya harus melewati batas tertentu.
Dalam hal suntikan, rasa sakit terjadi pada saat jarum ditusukkan ke dalam kulit. Tapi kalau kulit dicubit dengan dua jari dan jarumnya dimasukkan secepatnya di wilayah yang dicubit itu, maka suntikan tidak akan terasa sakit.
Pingsan
Bernards juga menambahkan, begitu urat nadi terpotong, lebih dari sembilan puluh persen saluran darah ke otak segera berhenti dan dalam waktu beberapa detik hewan pingsan. Ia membandingkan dengan manusia yang langsung pingsan begitu aliran darah ke otak berhenti.
Menurut fisiologi, tambah pensiunan guru besar ini, hewan terkait merasa menderita akibat semua yang terjadi sebelum penyembelihan. Untuk itu perlu ada tindakan tertentu. Tapi dapat disimpulkan, penyembelihan itu sendiri tidak perlu dibius.[rnw]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar