Bangga Denagn Hitam Di Dahi

Banyak sekali orang yang menginginkan tanda hitam di dahi karena menurut mereka itu pertanda bahwa meraka adalah orang yang ahli dalam mengerjakan ibadah khususnya sholat tapi jangan salah arti ya..? itu perlu kita waspadai saya pernah melihat seseorang karena saking pinginnya memiliki tanda hitam di dahi mereka, kamu tau apa yang mereka lakukan ternya mereka itu menggesekan dahinya pada tembok.. wah apa ini yang dinamakan ibadah? tentunya tidak kan..? dan perlu kamu waspadai dengan tanda hitam di dahi

Ada seseorang yang bertanya kepada ustd "Bagaimana cara menyamarkan/menghilangkan noda hitam di kening/di jidat karena sewaktu sujud dalam shalat terlalu menghujam sehingga ada bekas warna hitam?


مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Yang artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).

Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’. Padahal bukan demikian yang dimaksudkan.

Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyukan.
Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا.

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.

Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).

Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.

Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya.

Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).

Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi.

Apa Hukumnya Jual Beli Tokek

Hukum jual beli tokek, yang jelas kita tau apa itu tokek dan kali ini saya akan membahas tentang hukum jual beli tokek, siapa yang tidak kenal dengan hewan itu.. dan ini bisa buat bahan pertimbangan aja ya khususnya bagi orang yang jualan hewan tokek disuatu ketika ada orang yang bertanya 


Ust.bagaimana hukumnya jual beli tokek haram/halal../?tolong di jwb b’serta dalil2nya trimakasih

Jawaban:


عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أُمِّ شَرِيكٍ – رضى الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَقَالَ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ


Dari Said bin al Musayyib, sesungguhnya Ummu Syarik bercerita kepadanya bahwa Nabi memerintahkan untuk membunuh tokek dan beliau bersabda, “Tokek itu dulu ikut meniupi api yang digunakan untuk membakar Ibrahim” [HR Bukhari no 3180 dan Muslim no 2237].


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَتَلَ وَزَغَةً فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً وَمَنْ قَتَلَهَا فِى الضَّرْبَةِ الثَّانِيَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً لِدُونِ الأُولَى وَإِنْ قَتَلَهَا فِى الضَّرْبَةِ الثَّالِثَةِ فَلَهُ كَذَا وَكَذَا حَسَنَةً لِدُونِ الثَّانِيَةِ ».


Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang bisa membunuh tokek dengan sekali pukulan maka untuknya sekian pahala. Siapa yang membunuh tokek dengan dua kali pukulan untuknya sekian pahala yang lebih sedikit jika dibandingkan orang yang membunuh dengan sekali pukulan. Siapa yang membunuh tokek dengan tiga kali pukulan maka untuknya sekian pahala yang lebih sedikit jika dibandingkan pahala orang yang bisa membunuh dengan dua kali pukulan” [HR Muslim no 5983].


Dalam salah satu riwayat Muslim,


مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِى الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ وَفِى الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ


“Barang siapa yang berhasil membunuh tokek dengan sekali pukulan maka untuknya seratus pahala, jika dengan dua kali pukulan maka pahalanya lebih sedikit dan jika dengan tiga kali pukulan maka pahalanya lebih sedikit lagi” [HR Muslim no 5984].


Hadits-hadits di atas menunjukkan wajibnya membunuh tokek dan tidak boleh membiarkan tokek padahal kita mampu membunuhnya.


Dalam hadits di atas juga terdapat penjelasan mengenai alasan yang mendorong Nabi untuk memerintahkan kita agar membunuh tokek. Yaitu dahulu kala tokek turut membantu orang kafir untuk menyalakan api yang hendak digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim.


Tokek diperintahkan untuk dibunuh karena dia adalah binatang pengganggu sehingga binatang yang mengganggu kaum muslimin selayak dibunuh.


Dalam hadits di atas terdapat penjelasan mengenai besaran pahala orang yang berhasil membunuh tokek dengan satu kali pukulan, dua kali atau tiga kali. Pahala itu semakin berkurang mana kala pukulan yang diperlukan untuk membunuh tokek semakin banyak. Hal ini menunjukkan adanya anjuran untuk sesegera mungkin membebaskan diri dari gangguan tokek dan tidak membiarkan tokek bebas berkeliaran [Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin karya Salim al Hilali jilid 3 hal 323, Dar Ibnul Jauzi Riyadh, cet kedelapan 1425 H].


Setiap hewan yang diperintahkan untuk dibunuh adalah hewan yang haram dimakan dan semua hewan yang haram dimakan adalah hewan yang haram diperjualbelikan.


وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا حَرَّمَ أَكْلَ شَىْءٍ حَرَّمَ ثَمَنَهُ


“Sesungguhnya Allah itu jika mengharamkan untuk mengkomsumsi sesuatu maka Allah juga mengharamkan perdagangannya” [HR Ahmad no 2678 dari Ibnu Abbas, sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syuaib al arnauth].


Di samping itu tokek itu termasuk hewan jenis hasyarat dan hasyarat itu haram untuk diperjualbelikan.
Sayid Sabiq mengatakan, “Di antara syarat sah jual beli, barang yang diperjualbelikan itu bisa diambil manfaatnya. Oleh karena itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan hasyarat, ular dan tikus kecuali jika bisa diambil manfaat mubah darinya” [Fiqh Sunnah jilid 3 hal 131, Darul Fikr, cet keempat 1403 H]


Fuad Abdul Baqi mengatakan, “Mereka bersepakat bahwa tokek itu termasuk hasyarat yang mengganggu. Nabi memerintahkan dan menyemangati umatnya untuk membunuhnya karena tokek tergolong binatang pengganggu” [Shahih Muslim dengan ta’liq Fuad Abdul Baqi 4/1757].

Bagaimana Hukum Trading Forex?

Akhirnya apa yang saya cari cari selama ini muncul juga mengenai hukum main forex online. Daripada dulu lagi memang menantikan sesuatu jawapan yang dapat menutup terus minat saya untuk bermain forex secara online yang tak tentu halal haramnya. Ada juga lagi kawan-kawan saya yang masih bermain forex tanpa menghiraukan perkara ini. Saya harap mereka sedar dan semua forex trader dapat menerima keputusan ini dengan rendah hati. Yang halal lebih baik untuk kita semua. Carilah sumber perniagaan yang lain.

Kesian juga seorang kenalan saya yang main forex secara online fulltime, saya dah bagitau semasa hari raya 2010 yang lepas, tetapi tak tahu apa jadi sampai sekarang. Harap mereka sedar dan terima lah seadanya. Memang mereka ada duit dan berhasrat untuk beli kereta fairlady pada tahun ini dengan hasil main forex secara online. Harap mereka tabah.

Keputusan hukum bermain forex secara online nie saya petik daripada laman web zaharuddin.net.

Muzakarah JAKIM Berkenaan Hukum Forex Trading

 Setelah berhempas pulas melayan sebahagian bantahan, komentar dan tidak puas hati pedagang matawang asing ( Forex Trader) sejak tahun 2008, iaitu sejak dari awal saya menyediakan kajian ringkas yang dipaparkan di web ini, boleh dirujuk artikel tersebut di link berikut :-

Saya bersyukur kerana semalam telah diadakan satu muzakarah besar yang dihadiri  oleh lebih 200 orang ilmuan Shariah, ulama, ahli ekonomi, bankers dan peguam. Tiga kertas kerja dibentangkan.

Kertas kerja pula bukanlah disediakan oleh individu tetapi dibuat secara berkumpulan. Ini bermakna kertas kerja tersebut wajar diberikan lebih kredit kerana merupakan buah fikiran dan kajian secara kolektif yang sememangnya akan lebih kukuh berbanding kajian dan pandangan dari seorang individu. Bukan sekadar itu, malah kumpulan pengkaji juga telah mencuba sendiri berdagang melalui salah satu platform forex bagi mendapatkan kejelasan maksimum sebelum menyimpulkan sebarang hukum. Selain itu, mereka juga telah bertemu dengan penyedia platform FOREX itu sendiri di samping beberapa siri temubual dengan pedagang FOREX yang berpengalaman. Justeru, saya kira, perdagang FOREX tidak boleh sama sekali mempertikaikan kefahaman para pengkaji kerana penyelidikan mereka jauh lebih dalam dari hanya sekadar ‘pengalaman’, tambahan pula penyelidik juga menrima informasi rasmi dari pihak Bank Negara Malaysia selaku ‘regulator’.

KUMPULAN PERTAMA

Hasil daripada kajian kumpulan pengkaji pertama yang dianggotai oleh Prof. Madya Dr. Muhammad Bin Som, Dr. Marjan Muhammad, Ust Luqmanul Hakim Hussain, En. Wan Norhaziki Wan Abdul Halim. Kesimpulan mereka mencatatkan seperti berikut :-

“1.  Spot forex yang dijalankan oleh individu melalui platform internet agak berbeza daripada konsep spot forex yang dijalankan di peringkat inter-bank. Dari satu sudut, ia dibuat berdasarkan spot forex dari segi harga lani (value spot), tetapi dari segi penyelesaian ia tidak berlaku berdasarkan T+2. Malah penyelesaian tidak akan berlaku selagi pedagang tidak menutup posisi yang dibukanya.

Namun, dari sudut yang lain, spot forex dilihat lebih mirip kepada forward forex, kerana apabila pedagang membeli sesuatu matawang daripada broker, beliau tidak akan dapat memiliki matawang yang dibelinya. Sebaliknya, pedagang akan menikmatinya setelah beliau menjualnya semula kepada broker pada waktu hadapan. Apa yang membezakan spot forex oleh individu dengan forward forex ialah kadar tukaran matawang masa hadapan adalah tetap iaitu kadar yang dipersetujui pada tarikh transaksi, manakala kadar tukaran matawang dalam spot forex tidak tetap, tetapi berdasarkan turun naik harga pasaran matawang yang didagangkan.

2. Kerajaan Malaysia tidak mengiktiraf sebarang urusniaga matawang asing yang dibuat melalui saluran-saluran yang tidak sah. Malah, terdapat peruntukan perundangan yang jelas berhubung larangan tersebut, iaitu melalui Seksyen 3(1) dan Seksyen 4(1),(2) dan (3) Akta Kawalan Pertukaran
Wang (AKPW) 1953. Mana-mana individu dilarang sama sekali berurus niaga matawang asing, kecuali setelah mendapat kebenaran Pengawal Pertukaran Asing, iaitu Gabenor Bank Negara Malaysia.

3. Berdasarkan beberapa isu syariah yang diketengahkan termasuk isu qard = leverage, riba al-nasi’ah = rollover interest, qabd, menjual matawang yang tiada dalam pegangan (qabd) dan spekulasi yang melibatkan perjudian, ternyata operasi spot forex secara online oleh individu adalah tidak mengikut landasan syarak yang telah digariskan berhubung jualbeli matawang (bay‘ alSarf).”

KUMPULAN KEDUA

 Manakala satu kumpulan lagi datangnya dari Universiti Utara Malaysia yang dianggotai oleh Prof. Madya Dr Asmadi Mohd Naim, Dr. Hasniza Mohd Taib, Dr. Muhammad Nasri Hussain. Kertas mereka menyimpulkan seperti berikut :-

“Berdasarkan perbincangan di atas, perdagangan forex online adalah tidak dibenarkan oleh Syarak kerana adanya perkara-perkara yang menyalahi Syarak iaitu.

i. Pembelian wang tunai dilakukan secara kredit adalah terang-terangan bertentangan dengan kontrak Sarf dan mengandungi unsur riba.

ii. Sekiranya pembelian kredit itu ditakyifkan sebagai pemberian pinjaman oleh broker, perkara tersebut masih termasuk dalam aktiviti yang dilarangkan oleh Syarak kerana mengandungi unsur mendapat manfaat dari pinjaman, dan larangan mengumpulkan ‘pinjaman’ dan jual-beli’.

iii. Menjual matawang secara menangguhkan penyerahan adalah dilarang oleh Syarak. Syarat qabd dalam majlis tidak wujud di dalam transaksi ini. Keharusan melewatkan penyerahan (qabd) tidak boleh diaplikasi dalam urusniaga ini kerana tidak termasuk di dalam konsep ‘darurat’ bagi transaksi ‘bonafide’.

iv. Urusniaga broker secara online ini mengandungi unsur bay’ al-najsy iaitu peniaga menawarkan harga bukan untuk memiliki matawang sebaliknya untuk memberi faedah kepada penjual melalui kenaikan harga.

v. Urusniaga ini juga mengandungi ihtikar yang dilarang oleh Syarak.

vi. Urusniaga ini juga mengandungi unsur perjudian yang bergantung kepada turun naik harga atau angka.”

PERANAN SAYA

Saya hanya berfungsi sebagai pengulas dalam majlis semalam. Secara dasarnya hampir kesemua kesimpulan yang dibuat oleh kedua-dua kumpulan adalah sama dengan kesimpulan yang telah saya simpulkan sejak tahun 2008 yang lalu, dengan itu, saya menyeru kepada semua pedagang matawang yang tidak berpuas hati dan menolak pandangan yang mengharamkan pedagangan matawang ini untuk berfikir kembali demi kebaikan iman dan pendapatan masing-masing.

Maaf Jika ada yang salah Mohon di benerkan