Kisah Umar dan Sepotong Kain

Ada sebuah kisah tentang seseorang yang bekerja di sebuah instansi negara di negeri ini. Ketika baru beberapa pekan dia bekerja di instansi tersebut, ia ditegur oleh atasannya karena yang bersangkutan memakai celana sedikit di atas mata kaki. Hanya beberapa centimeter saja di atas mata kaki. Sang atasan memanggil yang bersangkutan karena karyawan-karyawan lainnya mulai banyak membicarakan yang bersangkutan. Oleh atasannya, orang itu ditanya dengan sopan,”Kenapa mas fulan memakai celana yang sepertinya di atas mata kaki yang orang-orang menyebutnya celana ngatung?”

Seseorang tersebut pun tersenyum mendengar pertanyaan dari atasannya. Ia kemudian menjelaskan sedikit demi sedikit alasannya kenapa ia mengenakan celana yang sedikit sekali di atas mata kaki. Mendengar penjelasan orang itu, sang atasan pun memaklumi dan menasehatkan agar mempertahankannya.

Sekitar ribuan tahun silam, ada kisah menarik tentang sepotong kain di zaman Umar bin Khattab RA mendekati ajal. Ketika itu, Umar bin Khattab RA berada di hari menjelang kematiannya. Keadaan Umar benar-benar berada dalam keadaan yang parah dan kepayahan. Sampai-sampai ada sebagian kaum muslimin yang berkata, "Aku khawatir ia akan tewas."

Setelah itu, dibawakanlah kepada Umar minuman nabidz agar diminum oleh beliau.  Beliau pun langsung meminumnya, namun minuman tersebut keluar kembali dari lubang tikaman di perutnya.
Kemudian dibawakan kepada beliau susu dan beliau pun meminumnya. Lagi-lagi, susu tersebut juga keluar dari perutnya yang ditikam.

Dalam kondisi Umar yang seperti itu, tiba-tiba datang seorang pemuda dan berkata kepada beliau “Bergembirahlah wahai amirul mu’minin dengan berita gembira dari Allah untukmu, engkau adalah sahabat Rasulullah, pendahulu Islam, engkau adalah pemimpin dan engkau berlaku adil, kemudian engkau diberikan Allah syahadah (mati syahid)," Umar lalu menjawab “Aku berharap seluruh perkara yang engkau sebutkan tadi cukup untukku, tidak lebih ataupun kurang." Tatkala pemuda itu berbalik ternyata pakaiannya terjulur hingga menyentuh lantai (bahasa kerennya isbal_pen).

Umar lantas memanggil pemuda itu dan berkata, “Wahai saudaraku, angkatlah pakaianmu! Sesungguhnya hal itu akan lebih bersih bagi pakaianmu dan lebih menaikkan ketaqwaanmu kepada Rabbmu”, [Lihat kisahnya di Al-Bidayah Wan Nihayah tulisan Ibnu Katsir].

Di tengah keadaan yang cukup kepayahan menjelang sakaratul maut, Umar masih sempat mengingatkan seorang pemuda tentang gaya pakaiannya. Terdenger remeh memang, tetapi hikmahnya adalah betapa Umar RA tidak pernah menganggap remeh setiap permasalahan pun. Atau justru sebaliknya, justru itulah pesan Umar terakhir yang penting karena biasanya orang banyak berpesan hal-hal yang penting menjelang kematiannya. Barangkali di mata Umar, persoalan pakaian bukanlah persoalan remeh temeh namun juga tetap penting dan perlu diperhatikan. Wallahu a'lam.

Ahmed Fikreatif (Blogger/Narablog)

Peliculas Online

Artikel Pembuka di Majalah Al Qoidah Terbaru INSPIRE 5

Berikut merupakan isi dari artikel pembuka majalah Online milik Al Qoidah berjudul INSPIRE yang kini sudah memasuki edisi ke 5. Majalah tersebut dapat didownload secara luas di internet, siapa saja bisa mengunduh dan membaca, jadi bukan merupakan hal kriminal jika anda mengunduh atau membaca artikel-artikel dalam majalah Online tersebut.

FOKUS UNJUK RASA

Musim Semi 2011

 

Sampul edisi kali ini adalah tentang gelombang Tsunami perubahan yang melanda dunia Arab. Dengan tiadanya para raja lalim, ummat akan bersuara, dan ketika hal itu terjadi, maka ia pun akan menggemakan: Di sini kita mulai dan di al-Aqsa kita akan bertemu.

Penghalang terbesar antara mujahidin dengan pembebasan al-Aqsa adalah para penguasa tiran. Kini, setelah antek-antek Amerika dan Israel tersingkirkan satu demi satu, besar harapan kami akan semakin lempangnya jalan antara kami dengan al-Aqsa.

Pembebasan Palestina tidak akan terwujud dengan keberadaan orang-orang macam Raja Abdullah di Timur, Hosni Mubarak di Barat dan al-Saud di Selatan. Setelah Hosni hengkang, kini kita dengar Imam sholat Jum’at berdoa: “Ya Allah ijinkanlah kami bertemu di al-Aqsa,” dan jutaan orang di Tahrir Square menggemakan satu suara: Âmîn.

Isu Palestina sangat penting bagi ummat Islam dan sekarang saat massa telah bersuara, tidak diragukan bahwa ia akan kembali ke garis terdepan.

Antek-antek Barat tengah berkemas pergi, isu Palestina akan kembali semarak, khotbah-khotbah tentang jihad untuk membela ummat Islam akan terdengar secara umum dalam masyarakat yang telah membebaskan dirinya dari para tiran, dan kami berdoa agar tindakan-tindakan keamanan bersenjata berat yang ditimpakan oleh raja-raja lalim tersebut demi mengamankan Amerika dan sekutunya serta untuk selalu meneror rakyatnya akan berakhir.

Barat telah menyatakan secara publik dukungannya terhadap revolusi massa tersebut. Namun, apakah mereka sungguh-sungguh? Atau karena mereka tidak menyadari realitas yang sesungguhnya terjadi? Ataukah hanya lantaran mereka harus bergabung dengan khalayak?

Barat juga berkeyakinan bahwa revolusi akan menjadi sesuatu yang buruk bagi al Qaeda. Bukan ini masalahnya. Apa sebabnya kebebasan yang diberikan kepada rakyat menjadi sesuatu yang buruk bagi al Qaeda? Bila kebebasan begitu buruk bagi al Qaeda, bagaimana mungkin Barat menerapkan larangan terhadap kebebasan berekspresi ketika ia dihubungkan dengan pesan mujahidin? Mengapa Barat melarang tersebarnya buku-buku dan pembicaraan tentang kepemimpinan al Qaeda dan di beberapa Negara ia menganggap kepemilikan atas materi semacam ini menjadi tindak kejahatan? Mengapa Amerika meminta situs seperti YouTube supaya menghapus ceramah-ceramah Syaikh Anwar al-Awlaki?

Pernyataan lain yang tengah dipaksakan para pemimpin Barat adalah bahwa karena unjuk rasa di Mesir dan Tunisia adalah protes yang damai, mereka menyangka al Qaeda – yang menyerukan perjuangan bersenjata – telah salah. Ini adalah satu kekeliruan. Al Qaeda tidak menentang perubahan regim melalui unjuk rasa melainkan menentang gagasan bahwa perubahan hanya dapat dilakukan melalui cara-cara damai dengan tidak menyertakan penggunaan kekuatan. Kenyataannya, Syaikh Ayman al-Zawahiri berbicara mendukung unjuk rasa yang melanda Mesir pada tahun 2007 lalu dan beliau menyinggung fakta bahwa meski unjuk rasa tersebut mungkin berlangsung damai, rakyat perlu mempersiapkan diri secara militer. Akurasi pandangan ini terbukti dengan bergulirnya peristiwa di Libya. Bila para pengunjuk rasa di Libya tidak punya fleksibilitas untuk menggunakan kekuatan ketika diperlukan, maka pemberontakan pun akan dilibas.

Menurut kami, revolusi yang tengah mengguncang singgasana para diktator itu baik bagi orang-orang Islam, baik bagi mujahidin dan buruk bagi imperialis Barat dan cecunguk-cecunguk mereka di dunia Islam.

Kami sangat optimis dan punya harapan besar terhadap apa yang akan terjadi. 


Yahya Ibrahim

Inspire Spring 1431 2011 Issue 5

Peliculas Online

Nabi Muhammad SAW Sebagai Nabi Terakhir

Sebagai seorang Muslim, diantara doktrin yang wajib dipegang dan dijunjung tinggi adalah mengimani risalah nabi Muhammad saw. Doktrin/Keyakinan yang merupakan bagian dari aqidah islam ini yang sangat prinsip dan tidak bisa ditawar-tawar. Mustahil seseorang disebut sebagai Muslim, bila mengingkari nabi Muhammad saw.

Meyakini kerasulan dan kenabian nabi saw menuntun seorang Muslim untuk bersikap bagaimana seharusnya. Seorang Muslim wajib meyakini bahwa beliau saw adalah nabi Alloh, rasul dan hamba-Nya yang terpilih. Seutama-utama beliau, beliau adalah manusia, bukan malaikat apalagi Tuhan. Beliau makan, minum, tidur, menikah, bercanda, bersedih, marah, dan berjalan di pasar. Beda antara kita dengan beliau adalah risalah kenabian yang diterimanya.

???? ???????? ????? ?????? ?????????? ?????? ??????? ???????? ?????????? ?????? ???????

” Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". (QS. Alkahfi 110)

Kini banyak faham dan pemikiran menyimpang di tengah-tengah kita. Faham atau pemikiran menyimpang itu menjerumuskan seseorang ke dalam kesesatan. Lebih berbahaya lagi, pemikiran sesat itu banyak diekspos dan disebarluaskan melalui media cetak dan televisi. Bahkan, disponsori dan didukung oleh orang cerdik pandai, bukan orang bodoh atau awam.

Di antara faham sesat yang menghantui ummat islam adalah masalah menyikapi kerasulan Muhammad saw.

Setidaknya ada 2 faham sesat yang sudah pasti menyimpang dalam masalah ini:

Pertama: Nabi Muhammad adalah seorang Nabi tapi tetap manusia biasa, berarti dia tidak sempurna dan bisa dikritisi.

Faham ini dimotori oleh para orientalis barat, yaitu orang-orang kafir yang belajar islam. Anehnya, sebagian orang islam menelan mentah-mentah faham ini. Mereka adalah orang-orang yang terkontaminasi virus liberalisme dan sekulerisme. Kata mereka, konsekuensi dari kemanusiaan nabi, tidak mustahil beliau keliru dalam menyampaikan wahyu Alloh. Bisa karena lupa atau salah ijtihad. Oleh karenanya, semua yang diriwayatkan dari beliau boleh diterima atau ditolak, bahkan dikritik sekalipun. Semua itu sah-sah saja. Menerima sepenuhnya sabda nabi menurut mereka, sama saja dengan mengkultuskan beliau. Padahal itu tidak boleh.

Betapa bodohnya mereka ini, padahal jelas sekali dalam surat Al-Kahfi di atas, bahwa memang betul nabi adalah manusia biasa. Tapi ingat, beliau adalah manusia yang diberi wahyu. Beliau berprilaku semata-mata atas bimbingan wahyu tersebut. Pun seandainya beliau keliru bersikap, sudah pasti akan langsung ditegur oleh Alloh SWT. Bukankah seorang atasan akan menegur bawahannya bila tidak serius bekerja. Seorang guru menegur anak didiknya yang malas belajar. Hal semacam ini diterima oleh akal sehat. Teguran Alloh kepada nabi saw merupakan bukti kemaksuman beliau. Bahwa beliau dijaga oleh Alloh dari kesalahan, seperti koreksi Alloh saat nabi saw tidak menerima Abdulloh ibnu Maktum yang buta dengan baik, tapi lebih melayani pemuka Quraish. Asumsi beliau, jika pemuka quraish itu masuk Islam tentu itu lebih menguntungkan. Lalu turunlah surat Abasa yang langsung menoreksi kekhilafan beliau.

Kedua, meyakini ada Nabi setelah nabi Muhammad saw.

Faham ini sangat berbahaya, karena menentang ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi saw. Kaum Muslimin seantereo jagad pun sudah bersepakat bahwa Muhammmad saw adalah nabi dan rasul terakhir.

??? ????? ????????? ????? ?????? ???? ??????????? ???????? ??????? ??????? ????????? ????????????? ??????? ??????? ??????? ?????? ????????

” Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab 40)

? ??? ????? ?? ???? ?????? ?????? ???? ???? ??? ???, ? ??? ???? ??????? ?? ??? ????

Dan sesungguhnya akan muncul dari ummatku 30 orang pendusta semuanya mengaku nabi, dan aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.” (HR. Muslim)

?? ??????? ??????? ?? ??????? ??? ???? ???? ??? ???

Sesungguhnya risalah dan kenabian telah terputus, maka tiada nabi dan rasul sesudahku” (HR. Ahmad)

Dalam Tafsir Al-Qur’anil Adzim, Al-Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa hadits yang membahas masalah ini sangat banyak. Diantara nikmat Alloh bagi para hamba-Nya adalahdiutusnya Muhammad saw kepada mereka. Kemudian di antara kemuliaan nabi kata beliau, ditutupnya pintu kenabian dan kerasulan dengannya, disempurnakan agama ini baginya. Sudah banyak bukti bahwa tiada nabi sesudah beliau. Ketahuilah, siapapun yang mengaku-ngaku dirinya memperoleh kedudukan itu, dia jelas-jelas adalah pembohong besar, dan Dajjal yang sesat lagi menyesatkan.

Amatlah benar nubuat dari Rasulullah saw. Sejak dulu hingga sekarang banyak orang mengaku berpangkat nabi. Terhitung dari Musailimah Al-Kazzab hingga Ahmad musoddeq si pelatih bulutangkis. Ada juga wanita mengaku nabi seperti Lia eden alias Lia aminuddin. Sekarang juga tengah ribut-ribut urusan Ahmadiyah. Sekte yang disesatkan oleh semua otoritas ulama di negara-negara Muslim, bahkan dilarang berhaji oleh Kerajaan Saudi.

Mirza Ghulam Ahmad, kelahiran Qadian-India 13 Februari 1835, mengaku menerima suara dari langit pada bulan Maret 1882 yang menyatakan diangkatnya Mirza Ghulam sebagai "Ma'mur Minallah" atau "Utusan Allah" dan mengklaimkan diri pula sebagai seorang Mujaddid (pembaharu agama), yang dilanjutkan pada awal tahun 1891 Mirza Ghulam Ahmad mendakwakan bahwa dirinya telah diangkat oleh Allah Swt sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau'ud atau Isa yang dijanjikan.
(Sumber : http://thewww.com/ahmadina/sejarah.htm yang saat ini sudah blank)


Selain itu juga ia mengaku dirinya sebagai seorang Juru Selamat dari umat Budha (Reinkarnasi Budha), umat Hindu (Kalky Authar), umat Kong Hu Chu, umat Zoroaster dan tentu saja umat Kristen berdasarkan klaim datangnya Jesus untuk mendekatkan kerajaan langit dan bumi.

Akidah Islam jelas, nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir, titik. Tidak ada nabi setelah beliau, baik itu yang membawa syariat atau bukan. Kendatipun Nabi isa as kelak akan turun di akhir zaman, hal itu bukan berarti beliau nabi yang terakhir. Sebab beliau membawa risalah Islam dan dahulu beliau diutus sebelun Nabi saw, hanya saja beliau diangkat oleh Alloh ke langit.

Dalam menyikapi faham dan pemikiran sesat semacam ini perlu ditempuh cara-cara yang bijak dan dialogis, menyeru dengan hikmah dan mauizah hasanah. Biarkanlah aparat pemerintah yang menyelesaikan. Namun, ummat harus selalu waspada dan mawas diri. Kaum Muslimin boleh-boleh saja protes selama itu dalam koridor syar’i. Masyarakat diharapkan menghindari prilaku anarkhis atau kekerasan karena bisa mendatangkan mudarat lain yang tidak kalah besar. Ummat islam yang membela akidahnya malah dituduh pembuat onar dan difitnah bermacam-macam.  Hadanallohu wa iyyakum ajmain.

Oleh: Habib Ziadi, S.PdI
Pengasuh Ponpes Daerul Muhibbin NW Mispalah Praya LOTENG NTB

Peliculas Online

9 Fakta Menarik Rezim Kerajaan Arab Saudi

Mengapa Saudi sangat membatasi gerakan-gerakan Islam bahkan boleh dibilang memberangusnya? Ada beberapa fakta yang menarik tentang Arab Saudi:

1. Rezim Saudi, seperti juga sebagian besar negara-negara Arab lainnya, adalah pemerintahan yang menyatukan antara yang benar (haqq) dan salah (batil). Aspek Haqq Saudi hanya bisa kita lihat dari simbol-simbol yang mereka pakai; bendera Saudi, klaim negara Islam, dan penerapan Syariah. Namun, di balik itu sebenarnya Saudi juga tak berbeda dengan negara sekuler lainnya.

2. Beberapa tahun sebelumnya, Saudi menggandeng Inggris untuk sama-sama memberantas gerakan Ikhwan di negaranya itu. Seorang anggota kerajaan pernah mengungkapkan hal ini. Sekarang, bukan rahasia lagi kalau Saudi akrab dengan AS. AS sudah dijadikan sebagai pelindung Saudi.

3. Komite Tetap Saudi (al-Lajnah ad-Da'imah) mengeluarkan fatwa: “Siapapun yang tidak membedakan antara Yahudi dan Kristen dan orang kafir lainnya dengan bangsa Muslim kecuali karena kebangsaannya, dan menganggap semua penguasa sama, maka dia adalah kafir.” Sebuah fatwa yang sesungguhnya membuat banyak orang berkerut dahi, namun efektif dalam meredam masyarakat Saudi. Karena, bukankah pemerintah Saudi sendiri persis seperti itu?

4. Perempuan Saudi tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bukan dari Saudi. Dan seorang laki-laki Saudi tidak boleh menikah di luar Saudi kecuali sudah memenuhi persyaratan umur. Sebuah peraturan yang dibuat-buat karena Islam sendiri tidak cupat seperti ini.

5. Ribuan orang terbantai di negara-negara Muslim di wilayah Arab, tapi apa yang dilakukan oleh pemerintah dan rezim Saudi? Tidak ada. Rezim Saudi hanya menyuruh para Syeikh-nya untuk berdoa untuk umat Islam, dan masyarakatnya dianjurkan untuk mengumpulkan dana bantuan yang disebarkan ke seluruh dunia, utamanya untuk pembangunan masjid. Maka jangan heran, jika di sebuah pelosok terpencil di Indonesia misalnya, bisa ada sebuah masjid besar yang megah dengan tulisan di peresmiannya: "Sumbangan dari (kerajaan) Saudi..."

6. Saudi membangun hubungan diplomatik dan non-diplomatik dengan negara-negara yang jelas telah membantai umat Islam dalam jumlah yang luar biasa banyak. Dalam hal ini yang mempunyai hubungan harmonis dengan Saudi adalah India, Russia, Filipina, Amerika (tentu saja!), Cina, dan Israel.

7. Amerika mempunyai basis militer di Saudi, dan pemerintah Saudi melarang rakyatnya yang mendoakan keburukan untuk Amerika di masjid-masjid di negara itu.

8. Rezim Saudi juga membantu dan mendirikan saluran-saluran TV yang banyak sekali saat ini. Selain TV, mereka juga membantu pendanaan media-media internasional.

9. Keluarga kerajaan Saudi tidak boleh dihina oleh siapapun.
Jika ada yang melakukannya, maka akan dikenakan hukuman yang berat, bahkan dihukum mati. Tapi pemerintah Saudi tidak peduli kepada para pelaku yang menghina Allah dan agamaNya. Misalnya saja, seorang Saudi zindiq, Turki al-Hamd menulis sebuah buku berjudul “al-Karadeeb” dan di dalamnya terdapat kalimat “Jadi, Allah dan setan adalah dua wajah dengan satu penemuan”, tidak dikenakan hukuman apapun, dan bukunya yang penuh dengan cerita kekafiran beredar bebas di negara itu.

Peliculas Online

Kisah Pemain NBA Mualaf Yang Anti Hormat Bendera

Tanggal 12 Maret 1996, seakan menjadi sejarah kelam dalam karir Chris Wayne Jackson sebagai seorang pebasket profesional. Pada tanggal tersebut hampir lima belas tahun lalu, Jackson mendapat sanksi larangan bertanding dari NBA, Asosiasi Bola Basket Amerika Serikat. Hukuman ini dikenakan kepada Jackson karena ia tidak bersedia untuk berdiri ketika lagu kebangsaan Amerika Serikat, The Star Spangled Banner dinyanyikan sesaat sebelum pertandingan dimulai. Ketika itu ia memperkuat Denver Nuggets.

Saat itu Jackson beranggapan hal ini (berdiri, red) tidak pantas dilakukan, karena menurutnya bendera Amerika Serikat adalah simbol penindasan. Ia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat sendiri mempunyai sejarah tirani yang panjang dan tidak sesuai dengan keyakinannya sebagai seorang muslim.

Sontak, tindakan Jackson yang dinilai kontroversial ini pun menuai protes dari publik Negeri Paman Sam yang berujung pada sanksi larangan bertanding dari NBA. Tapi hukuman skors tersebut hanya berlangsung satu pertandingan. Dua hari kemudian sanksi tersebut dicabut. NBA pun membuat kesepakatan dengan pebasket berdarah Afro-Amerika ini. Sesuai dengan isi kesepakatan tersebut, Jackson tetap harus berdiri pada saat lagu kebangsaan dinyanyikan, tetapi ia diperbolehkan untuk menundukkan kepala dan memejamkan matanya. Abdul-Rauf mengatakan pada saat seperti itu, ia memanjatkan doa.

Selang tiga belas tahun kemudian, dalam sebuah kesempatan saat tengah memberikan ceramah di sebuah masjid di Gulfport, Mississippi, dengan tegas Jackson mengungkapkan bahwa sikapnya tersebut adalah pengejewantahan dari agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. ''Saya memanfaatkan kontroversi itu sebagai alat untuk menjelaskan pada orang lain tentang agama saya,'' tukasnya.

Chris Wayne Jackson lahir di Gulfport pada tanggal 9 Maret 1969. Ia adalah pemain basket NBA di era 90-an. Di masa lalu, Jackson merupakan salah satu point guard paling jempolan. Ia lahir dan dibesarkan di tengah keluarga pemeluk Kristen. Ia mengganti namanya menjadi Mahmoud Abdul-Rauf pada saat ia pindah agama dan memeluk Islam pada tahun 1991.

Sebelum terjun ke NBA, Jackson memperkuat tim basket tempatnya berkuliah di Lousiana State University (LSU). Bersama tim basket kampusnya ini Jackson memiliki karir basket yang cemerlang. Hal ini pula lah yang kemudian mendorong Denver Nuggets, salah satu tim basket profesional NBA, merekrutnya pada tahun 1990. Sejak saat itu karirnya sebagai pemain basket profesional dimulai.

Abdul-Rauf bisa dikatakan sebagai pemain terbaik di klub bakset yang berbasis di Denver, Colorado ini. Ia memperkuat Denver Nuggets hingga musim kompetisi 1995-1996. Pada musim kompetisi 1992-1993, Abdul-Rauf menyabet gelar The Most Improved Player Award, sebuah penghargaan yang diberikan kepada pemain yang dianggap telah menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari musim sebelumnya. Saat memperkuat Denver Nuggets ia juga pernah memimpin NBA dalam kategori persentase tembakan bebas (free-throw) terbaik dalam satu musim pada tahun 1994 dan 1996. Ia memiliki rekor 19.2 poin dan 6.8 assist per game pada musim 1995-1996.

Walau akhirnya hukuman larangan bermainnya tersebut dicabut dan hanya diganti dengan larangan bermain sebanyak satu kali pertandingan, tapi tak ayal ia kemudian menjadi pemain paling dibenci di AS. Karir basketnya di AS terancam. Terbukti, tak lama berselang setelah kontroversi lagu kebangsaan Amerika Serikat, Denver Nuggets pun mengakhiri kontraknya dengan Abdul-Rauf. Namun Abdul Rauf tak bergeming dengan keyakinan dan kebiasaannya tersebut.

Meninggalkan NBA

Setelah tidak lagi memperkuat Nuggets, ia sempat bermain untuk tim basket NBA lainnya, Sacramento Kings, sebelum akhirnya ia benar-benar meninggalkan ajang kompetisi bola basket profesional di Amerika Serikat ini. Ia memperkuat Sacramento hanya selama dua musim (1996 hingga 1998).  

Selepas meninggalkan ajang kompetisi NBA, Abdul-Rauf melanglang buana dari satu klub ke klub basket lainnya. Ia pernah bermain untuk klub basket asal Turki, Fenerbahce selama satu musim (1998-1999). Setelah itu ia sempat vakum selama satu musim, baru kemudian ia bermain basket lagi bersama Vancouver Grizzlies, klub basket asal Kanada selama musim 2000-2001. Setelah kontraknya dengan Vancouver Grizzlies tidak diperpanjang, ia memilih untuk berhenti sejenak dari arena basket selama dua musim (2001-2003).

Pada tahun 2003 Abdul-Rauf mengikat kontrak dengan tim basket Rusia, Ural Great Perm, selama satu musim. Setelah itu kemudian ia berturut-turut bermain untuk klub basket asal Italia Sedima Roseto (2004-2005); klub basket Yunani Aris Thessaloniki (2006-2007); klub basket Arab Saudi Al-Ittihad (2008-2009); dan klub basket Jepang Kyoto Hannaryz (2009-2010).

Setelah malang melintang di berbagai ajang kompetisi basket dunia, Abdul-Rauf masih menyimpan keinginan untuk bisa kembali bermain di ajang kompetisi NBA. ''Mungkin saja saya dapat kembali tampil di Amerika Serikat. Pintu mungkin sudah tertutup tapi NBA tak hanya ada di kota dan saya ingin menggunakan talenta yang diberikan Tuhan meski saya hanya bermain di Timbuktu,'' ujar Abdul Rauf seperti dikutip yahoosports awal April 2010.

Keputusannya untuk meninggalkan kompetisi basket NBA, membawa perubahan besar dalam diri Mahmoud Abdul-Rauf. Secara perlahan, ia mulai berkecimpung dalam kegiatan dakwah. Ia membangun sebuah masjid di kota kelahirannya di Gulfport, Mississippi. Bahkan ia pun menjadi imam di masjid tersebut.

Abdul-Rauf berharap, keberadaan bangunan masjid ini akan membawa dampak positif pada generasi muda di Gulfport yang dikenal sangat dekat dengan obat-obatan dan tindak kriminal. Ia pun kerap menyelenggarakan acara yang melibatkan kaum remaja di Gulfport. ''Ilmu pengetahuan bisa membuat seorang budak menjadi raja,'' itulah nasehat yang kerap disampaikan Abdul-Rauf kepada para remaja muslim di lingkungannya.

Dalam setiap ceramahnya, ia juga berpesan pada generasi muda muslim ini untuk menegakkan Islam dimana pun mereka berada dan menuntut ilmu sebanyak mungkin. ''Kita senantiasa melihat pendidikan sebagai bekal untuk mencari kerja demi keamanan finansial. Tapi kita melupakan tujuan utama pendidikan yang seharusnya menjadi bekal bagi seseorang agar bisa bertahan dalam kehidupan,'' ujarnya.
Ia membandingkan pendidikan Barat yang berbasis sekularisme, memisahkan antara negara dengan agama. Menurutnya, pendidikan dalam Islam harus mencakup segala aspek kehidupan. ''Umat Islam tidak bisa menyingkirkan agamanya ke dalam 'kloset','' kata Abdul-Rauf.

Abdul-Rauf juga menguraikan hasil studi yang dilakukan oleh para profesor di Universitas Harvard dan Universitas Yale. Hasil studi itu menunjukkan bahwa anak-anak Afrika memiliki bakat lebih cepat menangkap pelajaran. ''Sejarah membuktikan bahwa orang-orang Afrika dan Muslim adalah para penemu disiplin ilmu modern seperti aljabar dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya,'' tuturnya.[muslimdaily.net/rpk]

Peliculas Online

Tafsir Al Azhar: Muqoddimah Tafsir Surat Ali Imron

Muqoddimah Tafsir Surat Ali Imron
oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA*

Tentang surat Ali Imran atau keluarga Imran, pendapat ahli-ahli tafsir sama, bahwa dia diturunkan seluruhnya di Madinah. Yang harus menarik perhatian kita ialah dari ayat 1 sampai ayat 63 diturunkan berkenaan dengan datangnya perutusan kaum Nasrani dari Najran, 60 orang banyaknya, diantaranya adalah 14 orang yang termasuk pemuka-pemuka dan pimpinan-pimpinan agama.
Lantaran itu dapatlah kita lihat, bahwa jika dalam surat al-Baqarah lebih banyak pembahasan soal-soal agama dihadapkan kepada orang-orang Yahudi (Bani Israil), maka pada surat Ali Imran banyak dipersoalkan perbandingan dengan kepercayaan agama Nasrani (Kristen), sehingga sempat membicarakan kesucian Maryam dan kelahiran Isa Almasih as. Menurut riwayat, perutusan Nasrani Najran itu datang ke Madinah ialah pada tahun ke 9 Hijriyah, artinya sesudah Makkah ditaklukkan dan Islam telah terbentuk menjadi suatu kekuatan besar yang diakui oleh seluruh bangsa Arab dan kerajaan-kerajaan tetangganya.

Maka apabila kita perhatikan kedua surat ini, Ali Imran dan al-Baqarah , nampaklah oleh kita bahwasanya keadaannya sambung-bersambung, lengkap–melengkapi. Misalnya di permulaan al-Baqarah disebut bahwa tiang yang penting di dalam menegakkan takwa ialah percaya kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan kepada yang diturunkan sebelum engkau." (al-Baqarah ayat 3), kelak pada Ali Imran ditegaskan bahwa Tuhan menurunkan kepada engkau sebuah kitab dengan kebenaran, yang membenarkan isi kitab yang ada di hadapannya dan Tuhan yang menurunkan Taurat dan Injil. Pada al-Baqarah disebut macam­macam manusia yang beriman, yang kafir dan yang munafik, sedang pada Ali Imran disebut orang-orang yang mengikuti bunyi ayat yang mutasyabih karna hendak mencari fitnah.

Pada al-Bagarah dikemukakan asal-mula kejadian Adam, pada Ali Imran asal-mula kejadian Isa. Pada al-Baqarah ada disebut urusan berperang, pada Ali Imran disempurnakan lagi perutusan perang itu. Di al-Baqarah ada dikemukakan soal haji, di Ali Imran diperlengkapi lagi urusan haji itu.

Surat al-Baqarah dibuka dengan beberapa ayat yang menunjukkan jalan yang mesti ditempuh sehingga orang mencapai takwa. Dan kalau jalan itu ditempuh niscaya petunjuk itu datang dan falah yaitu kemenangan dan kejayaan akan tercapai; sedang surat Ali Imran ditutup dengan satu ayat yang menyuruh sabar, dan memperkokoh pertahanan dan takwa. Kalau ini dipenuhi niscaya falah itu akan diberikan Tuhan.

Al-Baqarah ditutup dengan doa supaya jangan dipikulkan beban yang berat dan diberi maaf dan ampun dan dikasihani, sedang surat Ali Imran pun ditutup dengan doa dan jawaban doa itu dari Tuhan, bahwa barangsiapa yang beriman, sanggup hijrah, sanggup berjihad dan tahan menderita ketika diusir dan disakiti, niscaya akan diampuni dosa dan disediakan tempat yang bahagia di akhirat, syurga Jannatun-Na'im. Buat laki-laki dan juga buat perempuan.

Moga-moga dapatlah kita memahami dan menyesuaikan hidup kita dengan bimbingan kedua surat ini, membangun masyarakat Islam; dan juga dari bimbingan seluruh ayat dari al-Qur'an. Amin.
_____________

Peliculas Online

Semua Agama Sama ?

“Semua agama sama. Semua agama mengajarkan kebaikan. Semua agama baik dan benar. Tak ada agama yang menganjurkan kejahatan kepada pemeluk-pemeluknya. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi toleransi agama. Mengajarkan budi pekerti keluhuran.”

Terlampau sering sepertinya kita (khususnya Penulis) mendengar kalimat-kalimat 'indah' itu. Dulu sewaktu bersekolah di SD, Penulis sudah sering mendengarnya di pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) atau PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang diajarkan bapak/ibu guru.

Dan sekarang kalimat itu semakin sering lagi nyaring terdengar terutama disuarakan oleh tokoh-tokoh yang sering muncul di televisi.

Berdasarkan pemahaman mereka, agama itu tidak ada bedanya. Agama Islam sama dengan agama Kristen. Agama Kristen sama dengan agama Katolik, Agama Katolik sama dengan Budha. Dan Budha sama juga dengan Hindu. Sehingga semua agama itu sama. Yang membedakan antara semua agama itu hanya namanya saja. Semua agama hakekatnya menuju pada Tuhan yang sama, hanya jalannya saja yang berbeda-beda.

Benarkah demikian?

Penulis pun menjawab, “Iya, sama. Yaitu sama-sama agama. Tetapi masing-masing agama tentu saja berbeda-beda. Setidaknya, berbeda tata cara ibadahnya, berbeda kitab sucinya, dan berbeda hal-hal lainnya meskipun ada sisi kesamaan tertentu diantaranya.”

Ketika SMP, seorang guru PPKn pernah ditanya, “Sapi, kerbau, gajah, kambing, domba, rusa, babi, dan anjing adalah binatang yang memiliki empat kaki. Apakah kita bisa mengatakan bahwa sapi sama dengan kerbau, kerbau sama dengan gajah, kambing sama dengan domba, dan seterusnya sehingga semua binatang itu sama, pak?” tanya si siswa itu yang kemudian sedikit membuat si guru PPKn agak naik pitam.

Kalau memang berbeda, kenapa mesti disama-samakan? Kalau memang semestinya berbeda kenapa harus diseragamkan? Kalau memang realitanya seluruh agama itu berbeda, kenapa harus disatukan? Kalau memang setiap agama itu berbeda, kenapa harus ditoleransikan agar bisa sama?

Jika memang pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah, maka berarti orang itu seperti orang buta yang menganggap bahwa sapi sama dengan anjing sama dengan kucing, kambing, gajah, rusa. Wallahu a'lam.

Jadi, masihkah kita meyakini dan mengatakan bahwa semua agama itu sama?

Ahmed Fikreatif (Blogger/Narablog)

Peliculas Online

Da’wah, Siyasah, dan Kejayaan

Da’wah, Siyasah, dan Kejayaan
Oleh : Al Fadhli*

Sejak melemahnya kekhilafahan Turki Osmani, kehidupan politik nyaris hilang dalam wacana pemikiran Islam dan da’wah. Umat disibukkan dengan perbedaan madzhab dan keragaman pemikiran di kalangan internal yang pada akhirnya memecah belah umat itu sendiri. Kehidupan berislam yang pada awalnya begitu lekat kaitannya dengan politik dan pemerintahan berganti dengan kehidupan yang penuh ritual dan sufisme. Di sisi lain, mereka yang disebut pembaharu dalam dunia Islam justru semakin menegaskan pemisahan antara siyasah dan da’wah. Dalam dunia Islam, yang paling berjasa dalam proses pencucian ini, hingga runtuhnya kekuasaan Islam adalah Kemal Pasha –semoga Allah melaknatnya-.

Pertengahan abad ke 20, seorang pembaharu melantangkan suaranya di Mesir. Dari satu kedai kopi ke kedai yang lain. Tumbuh dan besar di lingkungan orang-orang yang mengenal diin dengan baik, ia sempat bersentuhan dengan dunia sufisme. Namun, daya nalarnya pun menyangkal berbagai penyimpangan kaum sufi pada titik tertentu. Akhirnya, ia pun berkata dalam Risalah Ta’alim-nya, “Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih”. Sebuah pernyataan yang terasa asing di kalangan ulama dan fuqaha, begitu pun di kalangan politikus dan orang awam.

Para ulama menganggap bahwa yang dimaksud dengan Islam adalah ibadah ritual dan kebersihan jiwa. Sedangkan para fuqaha memahami Islam dengan shalat, shaum, zakat, dan haji. Begitu pun dengan orang awam. Sedangkan para politikus beranggapan bahwa Islam dan siyasah merupakan dua kutub yang berbeda yang tidak mungkin bersatu selamanya.

Begitulah Syaikh Hasan Al Banna –semoga Allah merahmati dan mengampuni kesalahannya- berda’wah di tengah masyarakat muslim yang jauh dari nilai-nilai keislaman. Berbagai gerakan di lakukan. Berbagai ijtihad dikerahkan untuk mencapai sebuah simpulan dalam menghadapi kehidupan di abad ke 20.

Gerakan Islam yang dibangun Syaikh Hasan Al Banna terus tumbuh, hingga akhirnya sebuah ijtihad siyasi dilakukan untuk mengirimkan beberapa utusan da’wah ke dalam Majelis Parlemen. Untuk apa..? Ya, untuk mengubah undang-undang dan merebut kekuasaan. Syaikh pernah berkata tentang kejanggalan undang-undang Mesir pada saat itu, Beliau menulis Risalah yang disampaikan pada Muktamar V Ikhwanul Muslimin:

“Sesungguhnya, Islam tidak diturunkan dalam keadaan tanpa undang-undang. Sebaliknya, ia telah menjelaskan banyak hal tentang asas-asas perundangan dan perincian hukum, baik perdata maupun pidana, baik hukum perdagangan maupun hukum kenegaraan. Al-Qur'an dan Sunah sarat dengan muatan ini, sementara para ahli fiqih juga telah banyak menuliskannya. Kalangan asing juga telah mengakui hakekat ini, dengan dipertegas oleh Muktamar Lahay Internasional yang dihadiri para praktisi hukum seluruh dunia.

Suatu hal yang aneh dan tidak masuk akal jika undang-undang yang berlaku untuk umat Islam bertentangan dengan ajaran agamanya, Al Quran dan Sunah Nabi-Nya. Jauh sebelumnya, Allah ta’ala telah memberi peringatan kepada Nabi-Nya mengenai masalah ini di dalam firman-Nya,

"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di kalangan mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki. dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. AI Maidah: 49-50)

Hal itu ditegaskan lagi oleh Allah dengan firman-Nya,

"Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah golongan orang-orang yang kafir,... yang dzhalim,... yang fasik." (QS. AI Maidah: 44, 45, 47)

Nah, bagaimanakah sikap seorang muslim yang beriman kepada Allah dan kepada firman-Nya ketika mendengar ayat-ayat yang demikian jelas ini, ditambah lagi dengan hadits-hadits Nabi dan hukum-hukum-Nya, sementara dirinya dipimpin oleh sistem hukum yang bertentangan dengannya? Ketika ia meminta agar hukum itu diperbaiki, maka dikatakan kepadanya bahwa orang-orang asing tidak menghendaki dan tidak menyetujuinya. Setelah pernyataan yang menyudutkan ini, dikatakan pula kepadanya bahwa orang-orang Mesir telah merdeka, padahal mereka sebenarnya belum memiliki kemerdekaan beragama, sebuah kemerdekaan yang paling suci.

Undang-undang wadh'i (ciptaan manusia), di samping bertentangan dengan agama, teks-teksnya juga bertentangan dengan UUD Mesir itu sendiri yang menyebutkan bahwa agama negara adalah Islam. Lalu, bagaimana mungkin kita mengompromikan keduanya wahai orang-orang yang punya akal ?

Allah dan Rasul-Nya mengharamkan zina, riba, khamr, dan memerangi perjudian, sementara itu undang-undang melindungi pezina, mendukung riba, membenarkan khamr, dan mengatur perjudian. Maka, bagaimanakah sikap seorang muslim menghadapi dua hal yang jelas-jelas bertentangan ini? Apakah dia harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengkhianati pemerintah dan UU-nya, di mana Allah lebih baik dan lebih kekal (hukum-Nya)? Ataukah berkhianat kepada Allah dan RasuI-Nya, kemudian taat kepada pemerintah, sehingga dia menderita di dunia dan di akhirat? Kami menginginkan jawaban atas pertanyaan ini dari yang mulia kepala negara, menteri kehakiman, dan para ulama kita yang terhormat.

Adapun Ikhwanul Muslimin, mereka sekali-kali tidak akan pernah rela dan menyetujui undang-undang seperti ini. Mereka senantiasa bekerja dengan segala cara dalam rangka mengganti undang-undang semacam itu dengan syariat Islam yang adil dan utama, di semua sisi perundang-undangan. Sekarang bukan saatnya menanggapi berbagai syubhat yang berhubungan dengan masalah ini atau apa saja yang menghalangi jalan menuju ke sana. Di sini kami hanya menjelaskan sikap kami yang menjadi pijakan dalam bekerja, dengan kesiapan menghadapi seluruh rintangan dan menjelaskan kesalahpahaman, sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama hanya milik Allah.

Ikhwan pernah menghadap kepada menteri kehakiman dengan menyodorkan tulisan tentang ini dan memperingatkan pemerintah tentang akhir kisahnya yang pahit ini. Sungguh, akidah adalah barang yang paling mahal harganya di alam wujud ini dan Ikhwan akan terus menggelindingkan bola. Namun, semua itu bukanlah akhir dari kerja keras mereka.

"Dan Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir membenci." (QS. Ash Shaff: 8)

Namun demikian, perjuangan da’wah Syaikh Hasan Al Banna tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan kehadiran kader-kader Ikhwan di parlemen hanya menjadi cemoohan partai nasionalis-sekularis, hingga akhirnya Ikhwan memilih untuk merenggang dan kembali berkonfrontasi dengan kekuatan pemerintahan thaghut hari itu. Puncaknya, Asy Syaikh Hasan Al Banna menjadi buruan para thaghut dan pada tahun 1949, terjadilah hari yang mengenaskan itu... Beberapa butir peluru menembus tubuh Sang Mujahid hingga akhirnya beliau pergi menuju tempat asalnya bermula, di sisi-Nya, insya Allah.

Pergolakan da’wah dan siyasah dalam dunia Islam selalu berwarna darah. Karena Allah telah menegaskan bahwa akan selalu ada kekuatan yang menentang diin-Nya. Sebagaimana Fir’aun yang menjadi lawan Musa, Namrudz yang menjadi lawan Ibrahim, dan Abu Jahl yang menjadi lawan Muhammad. Maka hari ini, pasukan Dajjal pun telah menantang pasukan Al Mahdi.

Kekuatan perlawanan Islam berawal dari sebuah gerakan kecil. Namun, ia besar dengan fikrah dan manhaj yang diusungnya. Dengan tekad dan kesabaran para pengusung panjinya. Berbagai percobaan da’wah dan jihad dilakukan. Demi menumbangkan kekuasaan tiran dan menyerahkannya kepada Allah semata, penguasa alam semesta.

Namun demikian, kita miris saat sebagian di antara para pejuang justru ikut ambil bagian dalam barisan pasukan Dajjal. Menjegal dan menghantam para mujahid. Menghina dan meruntuhkan panji tawhid. Memperolok-olok hukum Allah dan mempermainkannya bersama orang-orang musyrik dan munafiq.

Ijtihad siyasi Syaikh Hasan Al Banna seolah menjadi fatwa dan manhaj da’wah untuk masuk ke dalam parlemen dan duduk-duduk bersama orang-orang musyrik lalu kemudian mempermainkan hukum Allah. Padahal, dalam perjalanannya, Asy Syaikh sendiri tidak meneruskan proses tersebut, walau nyawa menjadi taruhannya. Hingga akhirnya Sayyid Quthb memahami bahwa da’wah haruslah dimulai dari akarnya. Beliau menulis dalam catatan terakhir hidupnya (Mengapa Aku Dihukum Mati?):

Harakah Islam harus dimulai dari pondasinya, yaitu: menghidupkan hakikat aqidah Islam di dalam hati dan akal, serta men-tarbiyah orang yang menerima dakwah ini dengan tarbiyah Islamiyah yang benar. Tidak membuang-buang waktu dalam berbagai aktivitas politik yang tengah berlangsung. Tidak melakukan upaya untuk memaksakan sistem Islam dengan cara menguasai pemerintahan sebelum terbentuk pondasi Islam di tengah-tengah masyarakat—dimana merekalah nanti yang akan menuntut sistem Islam itu sendiri, jika mereka telah mengerti hakikatnya dan ingin diperintah berdasarkan sistem tersebut.

Jelaslah jalan yang ditempuh para mujahid ini. Mereka adalah orang-orang yang jujur dalam mengemban amanah da’wah, walau nyawa menjadi taruhannya. Sungguh, kisah Ash habul Ukhdud telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa kemenangan da’wah bukanlah pada berhasil tidaknya kita menguasai dunia. Namun, adalah bagaimana kita tetap berada di atas manhaj yang haqq dan menyampaikannya kepada manusia.

Wallahu a’lam...

*Penulis adalah Ketua Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Bandung

Peliculas Online

Laporan Penyaluran Donasi Yayasan Rumput Januari-April 2011

Alhamdulillah Yayasan RUMPUT (Rumah Putih) masih terus bergerak, menggalang donasi dan menyalurkan kepada keluarga para tahanan Muslim dan korban Densus 88. Donasi disalurkan sejauh yang bisa dijangkau Yayasan RUMPUT.

Dan ini adalah laporan penyaluran donasi terhitung dari bulan Januari hingga April.

Pada bulan Januari hingga Maret sudah dikeluarkan dana untuk membantu biaya transportasi Ummahat yang akan membezuk suaminya di beberapa Rutan di Jakarta, diantaranya di Mako Brimob dan Polda Metro Jaya. Mereka berangkat dari Solo, Bima Nusa Tenggara Barat dan Bandung, dan total biaya yang dikeluarkan RUMPUT adalah Rp 3.600.000 (Tiga Juta Enam Ratus Ribu Rupiah).

Kemudian untuk usaha Ummu Ridho di Bekasi, Rp 1.000.000 (Satu Juta Rupiah)

Donasi ke keluarga di Kudus Rp 1.000.000 (Satu Juta Rupiah)

Biaya pendidikan anak-anak, di ponpes di Lamongan, Magetan dan Solo, dengan total Rp 2.550.000 (Dua Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)

Biaya pindahan rumah di Ngruki Rp 250.000 (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)

Ummahat di Medan Rp 500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah)

Donasi ke LP Batu Nusakambangan, terpisah, pada Februari Rp 770.000 (Tujuh Ratus Tujupuluh Tuju Ribu Rupiah) dan pada bulan April Rp 2.000.000 (Dua Juta Rupiah)

Biaya pulsa HP Esia Kantor RUMPUT Januari-Maret Rp 90.000 (Sembilan Puluh Ribu Rupiah)

Jadi total yang sudah disalurkan Yayasan RUMPUT adalah Rp 10.760.000 (Sepuluh Juta Tujuratus Enampuluh Ribu Rupiah).

---

Sedangkan untuk penyaluran beras tiap bulan dikeluarkan sebanyak 425 Kilogram beras, dengan total 17 keluarga untuk kota Solo saja.

Untuk penerimaan donasi melalui rekening Yayasan RUMPUT masih terus diterima, serta program S3 Sehari Seribu Saja juga masih berjalan di beberapa kota.

Alhamdulillah, pada tanggal 14 April 2011 RUMPUT kedatangan donatur yang memberikan sejumlah uang sebesar Rp 1.200.000 (Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah) dan beras sebanyak 150 Kilogram, diserahkans secara langsung, dari Hamba Allah di Solo.

Hanya ini yang bisa kami laporkan untuk kali ini, insya Allah penyaluran selanjutnya akan dilaporkan di lain waktu.

Peliculas Online

Nakbah dan Logika Pembersihan Etnis

Reaksi dan balasan kekerasan pada 15 Mei lalu terhadap pengunjuk rasa Palestina yang menuntut hak kembali ke tanah air mereka bertepatan dengan peringatan "nakbah" menggambarkan gambar hakiki entitas rasis penjajah ini.

Israel tidak memiliki cara selain membunuh dan tidak memiliki sarana kecuali kekerasan. Nakbah itu sendiri adalah realitas kejahatan sejarah yang imbasnya berlangsung hingga sekarang. Jadi, masalah itu tidak akan pernah ditutup. Biang keladi nakbah itu sendiri hingga kini masih terus menggelar aksi-aksi kejahatan. Lisan riil mereka mengatakan bahwa tugas menggelar kejahatan mereka itu belum berakhir hingga kini.

Nakbah mengisyaratkan tindakan politik dan tindakan tertentu yang berujung pada dua hal: menguasai tanah Palestina dengan paksa dan kekerasan dan pengosongannya dari penduduknya melalui pengusiran pemilik tanah. Ini berarti bentuk "pembersihan etnis". Jika masuk secara lebih detail dari sisi realitas dan sejarah, sejak 15 Mei 1948 hingga kini, maka kita temukan mafia dan gang-gang zionis yang kini menjadi "institusi negara" menggelar kedua sisi nakbah itu. Inilah yang menafsirkan logika zionis dan semua tindakan dan prilaku politik mereka sejak 63 tahun.

Belakangan sejumlah sejarawan Israel yang disebut "neo sejarawan Israel" mengakui politik pembersihan etnis yang dilakukan oleh mafia-mafia tahun 1948. Sejumlah kolumnis Israel juga beberapa kali mengakui politik Israel tersebut terhadap Palestina, baik terjadi pada saat-saat tahun 1948 atau tahun 1967, meski begitu mereka tidak mampu memberi solusi terhadap kejahatan itu. Meski kadang ditawarkan solusi, pemerintah resmi Israel tidak mendengarnya. Apalagi komunitas zionis di Palestina semakin hari makin ekstrim sejak revolusi mereka yang dipimpin Manakhem Begin tahun 1977.

Daftar berlanjutnya nakbah sudah tidak tehitung lagi. Undang-undang rasis untuk mengusur dan menguasai tanah Palestina di wilayah jajahan 1948, penggusuran rumah, pelarangan pembangunan, tindakan rasis dalam bidang politik, pendidikan dan kesehatan, dan semua lini kehidupan. Misalnya, setiap tahun sebanyak 150 rumah warga Arab Palestina digusur, sejak 1948 tidak boleh warga Palestina membangun rumah, sementara sudah dibangun sebanyak 400 kota yahudi.

Adapun warga pengungsi Palestina, mereka adalah pemilik 531 desa yang dihancurkan Israel, undang-undang pelarangan peringatan "nakbah", undang-undang menguasaan tanah milik "orang tidak hadir" (warga Palestina yang meninggalkan rumah dan tanahnya karena diusir atau karena sebab lain), undang-undang loyalitas kepada negara yahudi dan undang-undang rasis lainnya. Ini semua adalah aksi pengekangan dan penciptaan situasi yang memaksa untuk diusir. Disamping itu undang-undang itu juga bertujuan mencegah kembalinya pengungsi Palestina ketika suatu saat ada solusi dalam perundingan damai. Beberapa saat lalu harian Israel melansir bahwa mereka berhasil mengusir 140 ribu warga Palestina dari Al-Quds timur dan Tepi Barat sejak Juni 1967. Ditambah lagi aksi pembangunan pemukiman.

Jadi nakbah itu masih berlangsung sejak 63 tahun lalu hingga sekarang, pembersihan etnis masih berlangsung, penguasaan tanah masih berlangsung, pengusiran penduduk Palestina masih berlangsung. Agaknya hak kembali pada politik Israel tidak lebih jargon kemudian berusaha dicarikan solusi dalam perundingan.

Setelah terbitnya resolusi PBB soal "pembagian" nomer 181 pada 29 November 1947, pada tanggal 16 September 1948 Alkonet Barnawat mengajukan laporan kepada PBB yang menuding Israel bertanggungjawab atas kejahatan dan meminta hak Palestina untuk kembali ke tanah air dan rumah mereka sebagai syarat solusi perundingan antara dua pihak. Berdasarkan laporan ini, terbit resolusi nomer 194, namun di'bunuh' Israel. sejak itu hingga terbit 30 resolusi semua menegaskan hak kembali namun tidak ada jalan menerapkannya karena "veto" Amerika yang menjamin penggagalan resolusi PBB apapun.

Kesimpulannya, "hak kembali Palestina" tidak akan kembali dengan perundingan, atau dengan politik internasional. Israel pun tidak akan bergeming dengan unjuk rasa damai.

[muslimdaily.net/infops]

Peliculas Online

Kembali Memakmurkan Masjid

Oleh: Habib Ziadi, S.pdi
Alumni Ma'had Aly An-Nua'imy

Pemerintah Prancis berniat kembali menggulirkan kebijakan anti-Islam setelah sebelumnya, undang-undang kontroversial larangan pemakaian jilbab, mendapat protes hebat dari umat Islam. Dengan alasan karena warga Muslim menunaikan shalat di pinggir jalan, pemerintah Prancis berniat membatasi kebebasan warga Muslim dalam menunaikan kewajiban agama mereka.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Claude Guéant, yang dikenal sebagai salah satu politisi think-tank politik anti-Islam di negara ini, menetapkan peraturan baru melarang pelaksanaan shalat jamaah di pinggir jalan. Ini adalah reaksi akibat semakin membludaknya peserta salat berjamaah yang tidak disertai kapisitas masjid yang memadai.

Kenapa otoritas Prancis berusaha membatasi urusan shalat berjamaah kaum Muslimin?

Pertama, karena negara multicultural itu dihinggapi phobia terhadap Islam. Prancis khususnya dan Eropa pada umumnya hari ini sangat khawatir terhadap perkembangan pemeluk Islam yang sangat tajam. Di Negara menara Eiffel ini, Islam di sana menjadi agama kedua terbesar setelah Katolik. Jumlah pemeluknya diyakini 5 juta lebih.

Atas dasar kekhawatiran itu, pemerintah mereka berupaya sebisa mungkin menekan kaum muslimin, baik dengan undaang-undang yang diskriminatif, bahkan melalui aksi refresif.

Kedua, shalat berjamaah ibaratnya adalah show of force atau unjuk kekuatan kaum muslimin. Di barat sana, shalat berjamaah amat ramai dan padat. Tentu berbeda dengan di sini yang shalat berjamaah di masjid yang hanya diisi oleh orang itu-itu saja. Pemerintah Prancis takut dengan segala hal yang berbau simbol atau syiar agama. Jadi, sebisa mungkin mereka melegalkan aturan ketat untuk membatasinya.

Ibadah jamaah, baik itu di masjid atau musolla adalah syiar agama. Dalam al-quran disebutkan bagi yang mengaguingkan syiar-syiar Allah merupakan cirri orang yg bertaqwa. Berdasarkan hal itu,  rupanya banyak juga kaum Muslimin belum bertaqwa.

Bila berbicara shalat berjamaah di masjid atau di musolla di negeri ini kadang membuat kita bersedih, miris, sekaligus heran. Seharusnya kita malu dengan saudara-saudara kita yang jauh di sana, yang islamnya baru seumur jagung namun semangat berjamaahnya amat luar biasa. Masjidnya ramai dengan beragam aktifitas, hingga ‘berhasil’ membuat pemerintah mereka yang notabene kafir menjadi kalang-kabut akibat luar biasa khawatir.

Kini kita lihat masjid-masjid di sekitar kita rata-rata sepi jamaah. Kaum muslimin lebih memilih shalat di rumah atau di kantornya. Bahkan ada pameo bahwa masjid atau musolla hanya cocok bagi mereka yang berusia lanjut alias ’yang sudah bau tanah’. Ironis bukan?

Namun kita tidak perlu larut begitu saja, masih banyak kaum muslimin yang tetap eksis memakmurkan masjid atau musolla mereka. Mereka  yang disebut oleh Nabi saw dalam sabdanya:   

??? ????? ????? ????? ?????? ??????? ?? ????????». ??? ???? ?????: {???? ???? ????? ???? ?? ??? ????? ?????? ??????}

Artinya: “Jika kalian melihat seorang yang membiasakan diri (mendatangi) masjid, maka saksikanlah baginya keimanan. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Alloh hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian’” (HR. At-Tirmizi)

Mereka yang memakmurkan masjid saat ini benar-benar murni atas motivasi akhirat semata. Tepatlah apa yang dikatakan Alloh SWT,

“Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kecuali kepada Allah. Makamudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah: 18).

Nabi saw banyak memberi motivasi kepada kaum musimin secara umum untuk mendatangi masjid dan memakmurkannya. Beliau menyebut mereka dengan predikat yang baik dan memuliakan mereka. Seperti  hadits «???? ???? ??????? ?? ??? ????» Artinya: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid adalah kerabat Allah. (HR. Bazzar)

Bagaimanapun juga shalat berjamaah apalagi bila di masjid keutammannya sangat luar biasa. Salat sendiri jika dibandingkan shalat berjamaah adalah 1:27. Artinya bila kita shalat berjamaah satu waktu saja sama dengan shalat sendiri 27 kali. Orang yang menghabiskan umurnya salat sendiri selama 27 tahun, bisa dilampaui pahalanya oleh orang yang gemar berjamaah selama satu thn saja. Benar-benar luar biasa.

Sekarang kita perlu berkaca, kenapa kita meninggalkan masjid sepi. Padahal mungkin di antara kita ada yang duduk sebagai pengurus utama masjid. Nama kita mungkin tertera sebagai anggota remaja masjid. Rumah kita pun bertetangga dengan masjid.

Kita mungkin ingat, saat pembangunan masjid, kita adalah salah satu panitianya. Bahkan satu di antara mereka yang terjun menjemput dana dengan mengirim proposal ke berbagai instansi. Kita mungkin dulu rajin turut serta bergotong-royong mengangkut pasir saat membangunnya. Namun setelah masjid berdiri megah, kita puas dan bangga dengan melihat hasilnya saja, bukan malah rajin memakmurkannya.

Bandingkan dengan perjuangan saudara-saudara kita seiman di daerah minoritas, di Eropa, Amerika, bahkan di Asia sendiri. Betapa sulitnya mereka memiliki masjid. Pemerintah setempat cenderung menerapkan aturan yang ketat. Bahkan setelah masjid berdiripun, mereka diawasi ketat. Terkadang mereka harus mengakali hal itu dengan menjadikan rumah mereka sebagai masjid atau menyewa gedung untuk sekedar shalat Jum’at.

Di Palestina sana, saudara-saudari kita tidak diizinkan shalat di Masjid Al-Aqsa kecuali bila berusia di atas 50 tahun. Mereka berani bentrok dengan polisi Israel demi untuk shalat di dalam Masjid Al-Aqsha. Luka akibat tembakan dan cedera karena dipukul senjata tidak menyurutkan langkah saudara-saudara kita itu.

Keadaan kita tidak sesulit mereka. Mereka harus berjuang ekstra untuk mendapatkan haknya. Sedangkan kita tinggal menjalankan kewajiban saja. Kita belum mampu mensyukuri kelapangan dan keleluasaan ini dengan baik. Sedangkan mereka sudah mampu menggabungkan antara rasa syukur dan sabar. Semoga kita semua diberikan hidayah dan taufiq oleh Allah SWT.

Peliculas Online

Hakikat Doa

"Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina." ” (QS Al-Ghafir [40]: 60).

Orang yang berdoa kepada Allah SWT tidak akan pernah sia-sia. Allah swt akan mengabulkan setiap doa dari hamba-hambanya. Karena Allah SWT sangat dekat dengan kita. Dan Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sementara orang-orang yang tidak pernah berdoa kepada Allah swt adalah orang-orang yang sombong. Kelak mereka akan masuk neraka jahanam.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah [2]: 186).

Namun tidak setiap orang yang doanya didengar oleh Allah swt. Melainkan hanya orang-orang yang dikehendaki-Nya saja. Dan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Serta memenuhi segala perintah-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya.

Rasulullah SAW bersabda ”Apabila seorang Muslim berdoa dan tidak memohon sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan dikabulkan oleh Allah satu dari tiga perkara: Akan dikabulkan doanya, atau ditunda untuk disimpan (sebagai pahala) dia akhirat, atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya.” (Al Hadis).

Sebagai seorang Muslim dalam berdoa hendaklah kita jangan pernah berputus asa dan berburuk sangka kepada Allah swt. Karena merasa doa kita tidak di dengar atau tidak di kabulkan oleh-Nya.

Sejatinya seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, bahwasanya Allah swt akan mengabulkan doa seorang muslim selama doa itu baik. Kalaupun tidak terlaksana bukan berati tidak dikabulkan. Bisa jadi ditangguhkan masanya, atau diganti dengan pahala di akhirat kelak. Bisa juga doa tersebut dijadikan sebagai penolak bala atas kita. Dalam artian doa tersebut menjadi pengganti dari sesuatu yang buruk yang akan menimpa kita menjadi sesuatu yang baik. Dengan kata lain, itu semua berati usaha kita dalam berdoa tidak ada yang sia-sia di sisi Allah swt.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah swt melebihi doa.” (HR Tirmidzi).

Biar bagaimanapun derajat doa di sisi Allah tetap menjadi yang utama. Allah swt sangat senang kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa berdoa dan memohon kepada-Nya. Oleh karenanya janganlah kita menjadi orang yang sombong dengan jarangnya atau tidak pernahnya kita berdoa kepada Allah SWT.

Berdoalah dengan penuh keikhlasan dan keyakinan, bahwa Allah  akan mengabulkan dan mendengar doa kita. Pada hakikatnya, alam semeseta beserta isinya adalah kepunyaan Allah. Kita hanyalah bagian kecil dari penciptaan-Nya yang sempurna. Hanya orang-orang yang sombong dan munafik yang merasa tidak membutuhkan pertolongan (tidak berdoa kepada) Allah. Wallahu a‘Slam bish shawab.

oleh Agustiar Nur Akbar

[muslimdaily.net/repblk]

Peliculas Online

ANCAMAN RUU INTELIJEN NEGARA TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

“ANCAMAN RUU INTELIJEN NEGARA TERHADAP  PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA”

MOMENTUM tahun ke 13 pasca-reformasi dan ± 2 tahun lagi menyambut pesta demokrasi Pemilu 2014, akhirnya Rezim SBY-Budiono mengajukan Rancangan Undang Undang (RUU) Intelijen. Mengesankan. Dan, sepatutnya RUU membangun ekspektasi reformasi intelijen Negara baru bagi masyarakat Indonesia. Khususnya, jaminan hak asasi manusia (HAM) dan penegakan hukum yang notabene sebelumnya kerap terlanggar operasi intelijen.

Secara the fact bangsa kita belum mampu melupakan rapot merah rezim Orde Baru di mana eksistensi intelijen ekstra kuat dan dominan. Bukan rahasia umum, aparat intelijen menangkap tanpa surat, memeriksa tanpa batas waktu, bahkan orang "hilang" tanpa kabar. Bukti yang sulit dielak, raibnya puluhan aktivis prodemokrasi menjelang runtuhnya rezim Soeharto. Mereka bukan ditangkap Polri atau TNI secara resmi. Namun, mereka tak ada yang kembali ke rumah sampai saat ini. Siapa yang melakukan? Kendati tak ada bukti dan saksi yang sahih, pastinya bukan orang awam atau organisasi kemasyarakatan yang melakukan.

Kegelisahan nasional atas munculnya rencana pemerintah dan lembaga legeslatif untuk mendesak pengesahan RUU Intelijen Negara pada tahun 2011 INI,  juga menjadi konsentrasi dan kegelisahan bersama kawan-kawan di Sumatera Utara. Hal ini diwujudkan dengan dibentuknya aliansi KOMJEN (Koalisi Masyarakat Sipil Sumut Mengawal RUU Intelijen Negara) yang terdiri dari beberapa OMS/LSM/Media Individu, akademisi yang juga concern pada konteks ancaman RUU Intelijen Negara terhadap nilai - nilai demokrasi, penegakan HAM dan jaminan atas proses hukum  yang fair.

Dalam catatan kritis KOMJEN yang terdesiminasi dari beberapa diskusi yang telah bergulir tercatat ada “7 RAPOT MERAH terkait ancaman RUU Intelijen Negara terhadap Penegakan Hukum di Indonesia” di antaranya:

Ancaman Kewenangan Penangkapan 7 x 24 Jam oleh Badan Intelijen Negara bertentangan dengan asas dasar hukum formal KUHAP bahwa BIN tidak merupakan aparat hukum yang berwenang;Ancaman terhadap akses bantuan pendampingan hukum ;Kewajiban dasar Negara dalam melakukan perlindungan hukum atas warga negaranya berupa pendampingan bantuan hukum dan/atau akses  pendampingan bantuan hukum tidak diatur dengan tegas dalam RUU Intelijen Negara terhadap tersangka dalam operasi intelijen;

Ancaman Kewenangan Penyadapan versus RUU Penyadapan Mengacu kepada Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 006/PPU-1/2003; No. 012-016-019/PUU-IV/2006; No. 5/PUU-VIII/2010, MK berpendapat perlu ditetapkan perangkat peraturan tersendiri tentang penyadapan setingkat undang-undang untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan kewenangan untuk penyadapan dan perekaman. Dengan demikian pembahasan RUU Intelijen sudah sepantasnya berbarengan dengan pembahasan RUU tentang Penyadapan demi kepentingan keselarasan pengaturan penyadapan intelijen.

Ancaman RUU Intelijen Negara VS RUU Keamanan Nasional :Bahwa mengacu pada konsideran menimbang huruf d :” bahwa untuk memberikan kepastian hukum dan sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat, penyelenggaraan intelijen negara sebagai lini pertama dari Keamanan Nasional perlu diatur secara lebih komprehensif”. Tidak sinkron dengan prioritas RUU Keamanan Nasional yang seharusnya lebih awal di bentuk dan disahkan. (RUU Kamnas masuk dalam Prioritas Prolegnas 2011 (No. 67 dan 68 dari 88 RUU= pemerintah).

Ancaman RUU Intelijen Negara VS RUU Rahasia Negara :Ancaman pengaturan rahasia intelijen yang juga masuk pada kategorisasi kerahasiaan Negara (Pasal 29 RUU IN) belum sinkron dengan RUU Intelijen Negara yang juga belum purna dan masuk pada Prioritas Prolegnas Tahun 2011 No.66 dari 88 RUU.

Ancaman RUU Intelijen Negara VS Instrumen Internasional dan Nasional Tentang HAMBahwa mengacu pada konsideran mengingat yang hanya memuat UUDNRI 1945 pasal 20, pasal 21 dan pasal 28j (yang hanya mencakup pengecualian) tanpa memuat instrument internasional yang telah dan akan diratifikasi serta instrument UU HAM No.39/1999. Ada merupakan ancaman yang mendasar secara subsantif karena konsideran ini merupakan rujukan atau referensi implementasi RUU Intelijen Negara ini.

Ancaman RUU Intelijen Negara VS UU Kebebasan Informasi Publik (Nomor 14/2008)Bahwa dalam konsideran UU KIP juga tidak menjadi bagian refrensi perundang-undangan yang seharusnya juga masuk sebagai jaminan atas hak “rights to know” kerja-kerja intelijen Negara yang  tetap tunduk pada otoritas politik dan terikat pada prinsip akuntabilitas politik, hukum dan financial.

Kami yang tergabung dalam KOMJEN  mendesak kepada parlemen dan pemerintah untuk tidak melakukan pembahasan dan pengesahan RUU Intelijen Negara secara instan sehingga  tetap memenuhi partisipasi semua stakeholders  untuk memberikan masukan dan pandangan di dalam upaya pembentukan RUU Intelijen Negara,  sebagaimana disyaratkan dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan perundang-undangan.

Kami sangat mengapresiasi sikap anggota parlemen DPR RI  yang menolak rencana pemberian kewenangan menangkap untuk intelijen di dalam RUU Intelijen. Sudah seharusnya pembentukan Undang-Undang Intelijen dapat menjamin sinkronisasi antara kebutuhan negara dalam menjaga keamanan nasional dan jaminan serta perlindungan kebebasan masyarakat sipil dalam bernegara dan berdemokrasi.

Kantor LBH Medan, 4 Mei 2011

Muh.Fadly Sudiro                      Bekmi Darusman                          Ahmad Irwandi Lubis, SH

Koordinator KOMJEN            Sekretaris KOMJEN            Kadiv. HAM LBH Medan/Koor.Tim Kampnye. KOMJEN

Peliculas Online

Kisah Seorang Pelacur Muslimah dan Bid’ah

Kisah ini terjadi pada kisaran tahun 1980an. Singkatnya, ada seseorang yang bekerja di sebuah instansi yang bergerak di bidang pembinaan terhadap wanita-wanita tuna susila di negeri ini. Suatu hari, seperti biasanya dia bertugas mengunjungi tempat-tempat lokalisasi / prostitusi di sebuah kota di Jawa Timur. Namun kunjungan kali ini sangat berbeda dari biasanya. Di tengah-tengah kunjungannya itu, dia mendengar ada bacaan surat Al Ikhlas dibacakan pelan tapi masih terdengar dari balik sebuah kamar.

Mendengar bacaan itu, dia merasa penasaran untuk mencari sumber bacaan itu. Dia datangi kamar penghuni lokalisasi itu untuk melihat siapa yang membaca bacaan surat Al Ikhlas berulang-ulang dengan sangat fasih itu. Setelah mengetuk pintu, ia pun dipersilakan masuk oleh penghuni kamar.

Betapa kagetnya si pegawai itu melihat orang di dalam kamar lokalisasi itu adalah seorang wanita muda yang terbalut dengan jilbab kerudung. Singkatnya, terjawablah sudah pertanyaan si pegawai siapa gerangan yang membaca surat Al Ikhlas berulang-ulang. Si wanita pelacur 'muslimah' berjilbab itulah yang membacanya.

Dengan penuh keheran-heranan dan tandatanya besar, si pegawai pun memberanikan diri untuk bertanya kepada si pelacur muslimah, “Mbak, kenapa mbak melacur?” tanya si pegawai.
Mendengar pertanyaan dari si pegawai, si pelacur 'muslimah' tidak marah. Bahkan ia justru tersenyum tertawa.

Melihat si pelacur justru tertawa, si pegawai bertanya kembali, “Kamu tidak merasa bersalah dengan perbuatanmu ini?” tanya si pegawai, lagi.

“Tidak,” jawab si wanita pelacur itu mantap.

Mendengar jawaban mantap yang keluar dari lisan si wanita pelacur, maka si pegawai pun semakin penasaran untuk menelisik lebih jauh tentang latar belakang si wanita muda pelacur itu.

Singkatnya, tersingkaplah sejarah masa lalu si perempuan itu. Diketahuilah, sejak kecil si wanita itu sudah belajar nmengaji (membaca Al Quran) sejak dini di kampungnya. Dia belajar mengaji di bawah didikan kyai di kampungnya. Setelah lancar dan pintar mengaji, ketika umur 12 tahun, pak kyai di kampungnya itu pun memberikannya ijazah kelulusan karena berhasil mengkhatamkan Al Quran.
Di dalam ijazah itu, juga ada sebuah pesan, “Barangsiapa membaca Al Ikhlas 1000 kali setiap hari akan masuk surgatanpa hisab.”

Pesan itu juga dipesankan secara khusus oleh pak kyai yang memberinya ijazah khatam al Quran.
Selanjutnya sejak saat itu sampai hari itu, ia terus menerus rajin membaca surat al ikhlas setiap malam sebanyak 1000 kali tak pernah putus. Demikian akunya.

“Bagaimana saya harus merasa bersalah? Bahkan, sudah selayaknya saya justru merasa bersyukur kepada Allah karena diberikan pekerjaan yang ringan dan dengan penghasilanya pun lumayan,” jawabnya penuh kemantapan tanpa penuh keraguan.

“Dan saya jelas “min ahlil jannah” (penghuni surga_pen) karena sejak menerima ijazah itu saya tidak pernah tidak membaca qul huwallahu ahad (maksudnya: surat Al Ikhlas_pen) setiap harinya,” pungkasnya.

Terungkaplah ternyata alasannya kenapa ia sama sekali tidak merasa bersalah menjadi seorang pelacur bahkan justru bersyukur karena dimudahkan dalam mencari rejeki adalah karena ia MEYAKINI bahwa dia akan menjadi “ahli jannah” berbekal amalan bacaan surat Al Ikhlas 1000 kali setiap hari. Na'udzubillahi min dzalik.

Hikmah dan ibroh (pelajaran) dari kisah ini adalah bahwa ternyata pengaruh bahaya bid'ah bisa sangat menyesatkan dan mengerikan. Keyakinan si pelacur itu akan kepastiannya masuk surga atas amalan yang tidak berdasar itulah yang justru menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan. Na'udzubillahi min dzalik.

*Kisah ini adalah kisah nyata yang terjadi di Indonesia yang diperoleh dari ceramah ustadz Abdullah Sungkar dengan sedikit mengubah alur cerita namun tanpa mengurangi esensi ceritanya.

Ahmed Fikreatif (Blogger/Narablog)

Peliculas Online

Ustadz M. Al Khatthat: Wahabi itu Anti Khilafah

Ustadz M. Al Khatthat: Wahabi itu Anti Khilafah

Ahad (5/6) pagi di masjid Raya Bogor, Baranang Siang digelar acara Tabligh Akbar dengan tema Intervensi asing dalam penegakkan Syari’at Islam. Pembicara yang hadir dalam acara tersebut adalah, Ustadz M. Achwan (Amir Binniyabah JAT), Ustadz M. Al Khaththath (Sekjen FUI), Ustadz Abu Al Izz (Ketua FAPB) dan Ustadz Abdul Qadir Djaelani.

Ada yang berbeda dalam acara Tabligh Akbar tersebut saat Ustadz M. Al Khaththath bercerita bahwa beliau pernah di cap kafir dan dhollun mundhillun (sesat menyesatkan). Hal ini berkaitan dengan pengalaman beliau dalam menyikapi pemilu. 

“Saya sendiri sudah pernah mendapatkan julukan kafir itu. Saya Muhammad Al Khaththath Sekjen Forum Umat Islam yang selama ini berjuang bersama ormas-ormas Islam bahkan melawan Densus 88, kita teriak di KOMNASHAM, kita teriak di DPR/MPR, kita melawan ketidak  adilan Densus 88 dan Thaghut BNPT, tapi saya mendapat gelar bahwa saya sudah kafir karena mendukung Demokrasi. Ini dalam rangka supaya teman-teman yang berjuang menegakkan syari’at Islam tidak suka sama saya karena saya mendukung demokrasi.

Bahkan di Hizbut Tahrir sendiri juga dikembangkan bahwa saya itu Dhollun mudhillun  artinya sesat dan menyesatkan, saya dianggap telah menyesatkan orang-orang Hizbut Tahrir sehingga kemudian pro kepada demokrasi. Gara-garanya saya cuma pro pemilu, pemilu apa menurut saya? pemilu untuk melahirkan kepemimpinan yang mengubah system dari system demokrasi kepada system Islam.”

Meski pro Pemilu Al Khaththath tak mau dikatakan kalau dia pro demokrasi, ia menganalogikan dengan orang-orang yang masih memiliki KTP dan uang.

“Kalau segala hal yang berkaitan dengan system itu sudah pasti pro system maka anda jangan punya KTP, jangan anda punya uang, karena uang anda itu dari parlemen Indonesia, banknya system demokrasi. Kalau anda katakan; kalau punya uang uang berarti mendukung system demokrasi, mari uangnya kumpulkan di sini, saya ambil saya pakai berjuang. Giliran pas uang, teman-teman saya di Hizbut Tahrir tidak mau menyerahkan uangnya, tidak apa-apa kalau uang katanya.”

Yang lebih controversial lagi Al Khaththath juga mengungkapkan bahwa Wahabi itu anti khilafah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Kaifa Hudimatil Khilafah yang ditulis oleh seorang ulama Hizbut Tahrir Abdul Qadim Zallum

“Saya dulu pernah ditanya, ada kiyai NU yang telpon saya; pak Ustadz Al Khaththtath, anda dan Hizbut Tahrir punya program untuk menghancurkan maulid, memberantas maulid, anda anti maulid, anda anggota GAM (Gerakan Anti Maulid). Saya bilang; tidak, saya biasa ngisi maulid di Jabotabek. Saya Tanya; kenapa pak? Jawabnya; sebab ada orang hizbut tahrir yang ceramah dia mengaku wahabi, dia anti maulid dan akan menghancurkan maulid. Saya katakan; setahu saya, tidak ada yang wahabi dalam Hizbut Tahrir. Karena apa? Karena wahabi itu anti khilafah sebagaimana disebutkan dalam kitab Hizbut Tahrir yang berjudul kaifa hudimatil khilafah (bagaimana khilafah dihancurkan). Kemudian saya bilang; saya heran pak, di NU kok ada yang anti khilafah, apa dia wahabi juga? Maka kemudian akhirnya dia pusing sendiri.”

Dalam sesi tanya jawab salah seorang penanya mengungkapkan bahwa demokrasi juga merupakan bentuk intervensi asing. Ia juga menanyakan tentang keberhasilan perjuangan penegakkan syari’ah lewat parlemen mengingat sebelumnya partai Islam Masyumi di masa Orla telah melakukan hal serupa.

mantan Pimpinan HTI ini pun menanggapi, beliau bercerita lewat pengalamannya saat amir Hizbut Tahrir Internasional mempersilahkan kader-kader HTI masuk ke dalam parlemen dengan syarat melalui Hizbut Tahrir yang harus mendaftar sebagai partai politik resmi.

“Saya pernah berdiskusi dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir waktu kemarin beliau beberapa kali walk out dalam persidangan, saya ngobrol dengan beliau dari pagi sampai siang.

Saya katakan; begini ustadz Abu, saya dulu waktu jadi pimpinan Hizbut Tahrir Indonesia saya pernah diminta beberapa partai untuk mencalonkan kader-kader Hizbut Tahrir agar menjadi anggota parlemen dari partai-partai tersebut, partai Islam tentunya. Maka karena saya sebagai pimpinan Hizbut Tahrir Indonesia dan saya terkait dengan Hizbut Tahrir Internasional, saya kirim kepada Amir Hizbut Tahrir Internasional tentang permintaan partai-partai islam ini. Jawaban dari amir Hizbut Tahrir Internasional adalah kalau seandainya di Negara anda memungkinkan untuk berbicara secara terang, secara nyata, secara vulgar bahwa anda berjuang di dalam parlemen atau di dalam kampanye-kampanye yang anda lakukan untuk melakukan perubahan system; dari system kufur kepada system Islam, dari system demokrasi kepada system Islam, dari system sekuler kepada system islam, anda berjuang seperti itu tidak masalah, silahkan. Tetapi kami mensyaratkan bahwa anda masuk ke dalam parlemen dengan nama partai anda sendiri. Artinya kami diperintah untuk maju ke parlemen dengan mendaftarkan Hizbut Tahrir sebagai partai politik resmi. Ini pendapat Hizbut Tahrir, anda tidak sependapat dengan kami tidak ada masalah.” 

“Kalau bicara kemungkinan di dalam parlemen berhasil atau tidak? Saya katakan mungkin, karena ini perjuangan. Tapi kalau anda katakan bahwa; kok dulu Masyumi masuk parlemen tidak berhasil. Lha saya mau Tanya, anda di luar parlemen kapan berhasilnya? Anda juga belum berhasil. Kalau anda di luar parlemen sudah berhasil saya akan mengikuti pendapat anda. “       

Acara yang dihadiri ratusan hadirin yang sebagian besar berasal dari JAT, kemudian diakhiri dengan penjelasan singkat Ustadz M. Achwan bahwa adanya perbedaan pendapat dengan Ustadz M. Al Khaththath.

“Biar bagaimanapun juga tidak bisa dilepaskan tanggung jawab di hadapan Allah, mungkin kita ada perbedaan persepsi dengan Ustadz Muhammad Al Khaththath. Jadi kami Jamaah Ansharut Tauhid bukan tergetnya kemenangan, yang kita targetkan adalah mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah mengarang buku bagaimana pemahaman Islam, bagaimana memperjuangkan Islam sudah ditetapkan. Kita akan berpegang kepada Sunnah Rasul tidak akan keluar dari konteks itu. Yang tidak ada contoh dari Rasul tidak akan kita lakukan karena tujuan kita mardhotillah bukan kemenangan atau sukses.”  [muslimdaily.net

Peliculas Online

Pancasila dalam Talmud

Pancasila dalam Talmud

Oleh Irfan S Awwas

Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Fenomena munculnya komunitas Yahudi secara terbuka di Indonesoa menarik dicermati, setidaknya karena dua alasan. Pertama, selain belum memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, secara konstitusional Indonesia belum mengakui eksistensi negara Israel yang masih menjajah negara Palestina.

Kedua, merebaknya isu Negara Islam Indonesia (NII) KW 9, yang diklaim sebagai akibat ditinggalkannya ideologi Pancasila, yang ditengarai sejumlah pihak telah mengalami kropos dan ditinggalkan rakyat.

Kenyataan ini mendorong munculnya wacana 4 pilar kebangsaan. Yaitu NKRI, UUD 1945, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Lalu, apa relevansinya mengaitkan kitab suci Yahudi, NII dan semangat kembali ke Pancasila? Tulisan berikut ini akan mengurai, adakah benang merah Pancasila dan zionisme dalam Talmud Yahudi.

Pancasila dalam Talmud

Selama ini, Pancasila diyakini sebagai made in Indonesia asli, produk pemikiran yang digali dari rahim bumi pertiwi. Kemudian, berhasil dirumuskan sebagai ideologi dan falsafah bangsa oleh Bung Karno, hingga menjadi rumusan seperti yang kita kenal sekarang.

Sejauhmana klaim di atas memperoleh legitimasi historis serta validitas akademik? Adakah bangsa lain dan gerakan ideologi lain yang telah memiliki Pancasila sebelum Sukarno menyampaikan pidatonya di depan sidang BPUPKI, 1 Juni 1945?

Sebagai peletak dasar negara Pancasila, Bung Karno mengaku, dalam merumuskan ideologi kebangsaannya, banyak terpengaruh pemikiran dari luar. Di depan sidang BPUPKI, Bung Karno mendeskripsikan pengakuannya:

“Pada waktu saya berumur 16 tahun, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis bernama A. Baars, yang memberi pelajaran pada saya, ‘jangan berpaham kebangsaan, tapi berpahamlah rasa kemanusiaan sedunia”.

 Tetapi pada tahun 1918, kata Bung Karno selanjutnya, alhamdulillah ada orang lain yang memperingatkan saya, yaitu Dr. Sun Yat Sen. Di dalam tulisannya San Min Chu I atau The Three People’s Principles, saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan A. Baars itu. Sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan di hati saya oleh pengaruh buku tersebut.”

Pengakuan jujur Bung Karno ini membuktikan, sebenarnya Pancasila bukanlah produk domistik yang orisinal, melainkan intervensi ideologi transnasional yang dikemas dalam format domistik.

Sebagai derivasi gerakan zionisme internasional, freemasonry memiliki doktrin Khams Qanun yang diilhami Kitab Talmud. Yaitu, monoteisme (ketuhanan yang maha esa), nasionalisme (berbangsa, berbahasa, dan bertanah air satu Yahudi), humanisme (kemanusiaan yang adil dan beradab bagi Yahudi), demokrasi (dengan cahaya talmud suara terbanyak adalah suara tuhan), dan sosialisme (keadilan sosial bagi setiap orang Yahudi). (Syer Talmud Qaballa XI:45).

Tokoh-tokoh pergerakan di Asia Tenggara juga merujuk pada Khams Qanun dalam merumuskan dasar dan ideologi negaranya. Misalnya, tokoh China Dr. Sun Yat Sen, seperti disebut Bung Karno, dasar dan ideologi negaranya dikenal dengan San Min Chu I, terdiri dari: Mintsu, Min Chuan, Min Sheng, nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme.

Asas Katipunan Filipina yang dirumuskan oleh Andreas Bonifacio, 1893, dengan sedikit penyesuaian terdiri dari : nasionalisme, demokrasi, ketuhanan, sosialisme, humanisme. Begitupun, Pridi Banoyong dari Thaeland, 1932, merumuskan dasar dan ideologi negaranya dengan prinsip: nasionalisme, demokrasi, sosialisme, dan religius.

Sedangkan Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia, pada mulanya merumuskan ideologi dan dasar negara Indonesia yang disebut Panca Sila terdiri dari: nasionalisme (kebangsaan), internasionalisme (kemanusiaan), demokrasi (mufakat), sosialisme, dan ketuhanan.

Prinsip indoktrinasi zionisme, memang cukup fleksibel. Dan fleksibilitasnya terletak pada kemampuannya beradaptasi dengan pola pikir pimpinan politik disetiap negara.

Pertanyaannya, adakah kesamaan ideologi dari tokoh  dan aktor politik di atas bersifat kebetulan, atau memang berasal dari sumber yang sama, tapi dimainkan oleh aktor-aktor politik yang berbeda?

Dalam kaedah mantiq, dikenal istilah tasalsul, yaitu rangkaian yang berkembang, mustahil kebetulan. Artinya, sesuatu yang berpengaruh pada yang sesudahnya, pastilah bukan kebetulan.

Rumusan Pancasila versi Bung Karno, memiliki kesamaan dengan doktrin zionisme yang dijiwai Talmud. Sehingga, klaim Pancasila sebagai produk domistik terbantahkan secara faktual.

Intervensi ideologi ini, berpengaruh besar terhadap perkembangan Indonesia pasca kemerdekaan. Di zaman demokrasi terpimpin, pengamalan Pancasila berwujud Nasakom (nasionalisme, agama, komunisme). Sedang di zaman orde baru, praktik Pancasila berbentuk asas tunggal. Kedua model amaliah Pancasila itu, telah melahirkan ideologi politik traumatis.

Melestarikan Pancasila seperti diwariskan kedua rezim di atas, berarti melestarikan doktrin Yahudi, yang bertentangan dengan konstitusi negara. Dan tidak konsisten dengan semangat kemerdekaan. Muqadimah UUD 1945, menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

Dalam kaitan ini, pemerintah bertanggungjawab merealisasikan dasar dan ideologi negara, selaras dengan muqadimah UUD ’45. Seperti tertuang dalam pasal 29 ayat 1, bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Prof. Hazairin, SH menafsirkan negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah: pertama, di negara RI tidak boleh ada aturan yang bertentangan dengan agama. Kedua, negara RI wajib melaksanakan Syari’at Islam bagi umat Islam, syari’at Nasrani bagi umat Nasrani, dstnya sepanjang pelaksanaannya memerlukan bantuan kekuasaan negara. Ketiga, setiap pemeluk agama wajib menjalankan syariat agamanya secara pribadi. (Demokrasi Pancasila, 1975).

Oleh karena itu, hasrat membicarakan kembali Pancasila sekarang haruslah dalam semangat kemerdekaan dan kedaulatan NKRI. Tanpa intervensi ideologi asing, dan tanpa mendiskreditkan pihak lain dengan alasan antipancasila, anti NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan slogan lainnya. Setiap warganegara berhak ikut merumuskan dasar dan ideologi negara yang benar, tanpa intimidasi dari pihak manapun.

Jogjakarta, 15 Mei 2011

Peliculas Online

Janganlah Membenci Neraka

Janganlah Membenci Neraka

Sejauh pengetahuan, di alam akhirat hanya ada dua tempat kembali. Pertama adalah neraka. Di sinilah pada hakekatnya manusia berada yang karenanya manusia lebih tepat disebut sebagai calon-calon ahli neraka daripada ahli surga (Jannah). Sementara tempat kembali yang kedua adalah surga atau Jannah.

“Sungguh bukanlah seseorang itu masuk al jannah karena amalannya. Para shahabat bertanya: “Demikian juga engkau wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam?” Beliau berkata: “Demikian juga saya, melainkan Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. (HR. Al Bukhari no. 6463 dan Muslim no. 2816).

Ketika bercerita tentang surga, kurasa kita akan lebih antusias mendengarkan dan menyimaknya. Anganpun mulai membayang-bayangkan betapa bahagianya di sana. Namun sebaliknya, ketika kita mendengar neraka, seolah-olah hanya mendengar namanya saja kita enggan membicarakannya. Boleh jadi kita membencinya. Bahkan tak jarang diantara kita yang berangan-angan agar Allah SWT memusnahkannya saja (bc: neraka_pen).

Namun kita perlu ingat perkataan Allah SWT dalam surat Adz Dzariyat ayat 49 bahwa “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”.

Jika kita membenci keberadaan neraka, maka sebenarnya kita akan meniadakan setengah dari keadilan. Sesungguhnya, di dalam neraka terdapat refleksi setengah keadilan. Dan di dalam surga terdapat refleksi setengahnya lagi. Jika neraka dihapuskan begitu saja, lalu kenapa manusia harus diperintahkan untuk selalu taat kepada perintah Allah SWT...? wallahu a'lam.

Semoga kita dihindarkan dari neraka.

Abdul Mun’im Mushtofa Halimah “Abu Basheer Ath Thurtusi” (sumber di sini).

Ahmed Fikreatif (narablog/blogger)

Peliculas Online

Allah Sebagai Saksi dan Jaminan

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw., beliau bercerita, "Sesungguhnya ada seorang Bani Israil yang memohon kepada Bani Israil lainnya  untuk meminjaminya uang seribu dinar. Orang yang meminjamkan berkata, 'Datangkanlah saksi-saksi. Aku ingin mempersaksikan peminjaman ini kepada mereka.' Peminjam berkata, 'Cukuplah Allah sebagai saksinya.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Datangkanlah seorang penjamin.' Peminjam berkata, 'Cukuplah Allah sebagai penjamin.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Kamu benar.' Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo tertentu.

Peminjam uang pergi ke laut untuk memenuhi hajatnya. Kemudian dia merasa sangat membutuhkan perahu untuk mengantarkan uang pinjamannya yang sudah jatuh tempo pembayarannya. Namun, dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar berikut secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang. Kemudian melapisinya agar tidak terkena air. Lalu dia membawa kayu ke laut. Dia berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya telah meminjam uang seribu dinar kepada si Fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, dan dia pun rela. Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.' Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negeri orang yang meminjamkan.

Kini, orang yang meminjamkan uang pergi untuk menanti. Barangkali ada perahu datang membawa piutangnya. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang sebagai kayu bakar untuk istrinya. Tatkala dia membelahnya, dia menemukan uang dan secarik pesan. Di lain pihak, si peminjam pun datang juga membawa seribu dinar. Dia berkata, 'Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mendapatkan perahu guna mengantarkan pinjaman kepadamu.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?' Peminjam berkata, 'Bukankah telah kuceritakan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum saya mendapatkannya sekarang ini?' Orang yang meminjamkan berkata, 'Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka gunakanlah uangmu yang seribu dinar itu dengan baik.'" (Sanad riwayat ini sahih. Al-Bukhari meriwayatkan)

Demikianlah, bila seseorang memiliki niat yang tulus untuk menunaikan kewajibannya, Allah akan mempermudah jalannya. Jangankan kewajiban terhadap sesama makhluk, kewajiban kepada Allah pun jalannya akan ia lapangkan. Walau secara zhahir kewajiban itu belum sempat terlaksana karena uzur, Allah tetap memberi ganjaran pahala.

Kisah di atas menggambarkan betapa amanahnya sifat orang yang meminjam itu. betapapun, akad awal bentuknya berupa pinjaman (i’arah), maka ia akan tetap berlaku sebagai pinjaman. Selama ia merasa mampu membayar hutang itu, ia akan bayar, bahkan dengan mengantarkannya langsung. Laut diseberangi, bukan masalah. Yang penting terbebas dari beban hutang.

Hari ini di saat kondisi ekonomi sedang sulit, orang-orang yang berhutang semakin banyak. Di antara yang banyak itu, belum tentu semuanya punya iktikad baik melunasi hutangnya. Tidak sedikit orang datang berhutang, namun di dalam hatinya ada iktikad buruk menunda pembayaran, bahkan mungkin mangkir dari kewajiban. Ujung-ujungnya nanti mereka minta supaya hutangnya diikhlaskan saja. Yang begini, sudah pasti tidak amanah dan tak tahu diri. Wallohu A’lam.

 Barokallohu tula hayatika. Amin!

Habib Ziadi, S.Pdi
Alumnus Isy Karima dan An-Nu'aimy Jakarta

[muslimdaily.net]

Peliculas Online

Kontroversi Penyaliban Yesus dan Bantahan Pengkhianatan Yudas

Oleh Ahmed Othman

Penyaliban Isa as sampai saat ini masih hangat dibicarakan begitu juga mengenai existensi Yudas Iskariot, salah satu murid Isa as yang berperan penting dalam kasus ini. Terdapat beberapa masalah ganjil yang dikritisi umat muslim yang mau berfikir. Diantaranya adalah mengapa ada ketidakjelasan dalam Injil mengenai ini dan seolah-olah argumen dan gaya bahasanya dibuat-buat dengan menyingkirkan saksi yang melaporkan kepada periwayat, padahal kitab inilah yang seharusnya merinci tentang penyaliban tersebut? Mengapa Yudas dianggap sebagai penghianat sehingga tidak ada manusia yang dijuluki ‘si Yudas’? Mengapa pula Yudas diangkat sebagai salah satu dari dua belas orang murid Isa as (Hawariyyun), padahal hawariyyun adalah orang-orang yang terpilih untuk menjadi murid Isa as dan sudah mengatakan sumpah pengabdian kepada Isa as.

Teori yang berkembang

Ada dua teori dalam kalangan Islam mengenai wafatnya Isa as. Teori pertama mengatakan bahwa Isa as tidak wafat dan tidak disalib, melainkan Isa as diangkat oleh Allah ke langit untuk diselamatkan dari kejaran tentara Romawi yang hendak menangkapnya untuk disalib.

Allah berfirman mengenai penyaliban Isa as:

 “dan karena Ucapan mereka: ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Qs. An-Nisa: 157)

Ayat ini menjelaskan bahwa Isa as tidak disalib, melainkan orang lainlah yang disalib. Hal ini paralel dengan ayat Alkitab yang membuktikan bahwa bukan Isa as yang disalib, dalam Injil Matius 27:46 “Kira-kira jam tiga berserulah Isa as dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Jika kita berfikir lebih dalam, mengapa bisa seorang Isa as ditinggalkan oleh Allah, padahal dirinya sendiri adalah Allah.

Lalu Allah berfirman:

“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Qs. An-Nisa: 158)

Sementara teori kedua menjelaskan bahwa Isa as memang disalib, namun beliau tidak mati di kayu salib melainkan sebelum mati, sudah diturunkan karena menghormati hari sabat.

“(Isa as berkata) Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu) ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’ dan aku menjadi saksi atas mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkanku (tawaffaytani) Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau-lah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu” (Al-Maidah: 117)

Dalam penggalan ayat tersebut terdapat kata tawaffaytani yang berarti ‘mewafatkanku’. Kata itu sama makna aslinya dengan kata-kata lain yang serupa dengannya seperti pada ayat 32:11, 4:97, 8:50. Maka anggapan bahwa Isa as diangkat ke langit dengan maksud Allah menolong Isa as menjadi gugur. Penjelasan yang logis yaitu Isa as berada di tiang salib namun tidak mati di tiang salib.

Adalah Pilatus, seorang gubernur yang kala itu berkuasa yang merasa bahwa Isa as adalah seorang yang istimewa dengan berat hati mengabulkan permintaan rakyatnya yang ingin Isa as disalib. Maka dengan strategi Pilatus, Isa as berhasil selamat dari kematian di tiang salib.

Pilatus sengaja memutuskan penyaliban Isa as pada hari Jum’at tengah hari seperti dikutip dalam Injil Matius 27 : 46 yang menjelaskan keadaan Isa as pada waktu disalib:

“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga”

Hal ini agar Isa as tidak mati dalam penyaliban. Perlu diketahui bahwa seorang yang disalib harus mati dalam keadaan dipasung dalam kayu salib setidaknya selama tiga hari. Hukuman mati seperti ini sangatlah menyakitkan, karena memerlukan waktu yang lama untuk mati.

Hari sabat adalah hari yang suci bagi umat Kristiani – kala itu. Jadi pada hari sabat tidak diperbolehkan adanya hukuman mati karena akan menodai kesucian hari sabat. Sementara Isa as yang disalib pada hari Jum’at siang harus diturunkan sebelum petang karena petang sudah masuk hari sabat dalam kalender Yahudi. Dengan itu Isa as tidak mati di tiang salib. Lalu bagaimana dengan hukuman matinya?

Saat Isa as mengalami penyaliban, ia tidak sendiri melainkan bersama dua orang penjahat yang disalib bersama dengannya. Dengan waktu disalibnya yang singkat itu – yakni selama tiga jam, dua orang tersebut masih sadar dalam penyalibabnya sehingga membuat tentara Romawi mempercepat kematian keduanya dengan cara mematahkan kaki mereka yang menyangga tubuh mereka. Namun Isa as yang saat itu diturunkan bersamaan dengan keduanya telah pingsan atau dipingsankan oleh Allah sehingga membuat tentara Romawi menganggapnya telah mati.

Dalam Injil dijelaskan :

"Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya." ( Yoh. 19:33).

"Pilatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala serdadu dan menanyakan kepadanya benarkah Yesus sudah mati." (Markus 15 : 44 ).

Sejauh yang penulis ketahui, pendapat ini juga didukung oleh Syaikh Ahmed Deedat dalam bukunya, Cruxifition or Cruxi-Fiction. Ia mengatakan bahwa Isa as memang disalib, namun ia tidak mati di kayu salib. Pengertian orang yang disalib adalah orang yang mati di tiang salib. Isa as, sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur’an tidak di salib, ini berarti Isa as tidak mati di tiang salib walau pun ia berada disana. Sementara kata Syubbi lahum dalam Al-Qur’an dapat bermakna diserupakan dengan orang mati.

Keganjilan Yudas ‘si pengkhianat’

Hal ganjil lain dalam kasus ini adalah mengapa Yudas Iskariot dianggap sebagai orang yang paling bersalah sehingga ia dianggap sebagai penghianat. Yudas adalah salah satu dari dua belas orang murid terpercaya Isa as untuk berdakwah menyebarkan Tauhid dikalangan Bani Israel yang kala itu sudah jauh dari asas ketuhanan dan banyak melakukan bid’ah dengan nama Allah.

Sehubungan dengan hal ini, sebenarnya Al-Qur’an tidak menyinggung tentang penghinatan Yudas. Justru sebaliknya, Al-Qur’an telah memberitakan Yudas adalah seorang yang sangat taat kepada Isa as dan Allah karena ia adalah salah satu dari Hawariyyun yang dipuji Allah dan ketaannya diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".(Al-Maidah:111)

Ayat diatas menunjukan keimanan Hawariyyun dan kepatuhan mereka terhadap Isa as. Ayat ini juga menjadi bukti bahwa Yudas bukanlah seorang penghianat. Tidak mungkin seorang yang dipuji Allah kesetiaanya dan diabadikan dalam Al-Qur’an adalah seorang pengkhiat. Bahkan lebih jauh lagi Allah memuji mereka dalam ayat lain;

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri.

Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (Ali Imran:52-53)

Melalui ayat diatas, dapat dipahami bahwa Al-Qur’an telah memberi keterangan tentang suatu peristiwa dimana Isa as terdesak, yakni saat bani Israel menolak secara terang-terangan ajaran Isa as. Saat itu Isa as meminta diatara pengikutnya untuk menjadi penolong dalam menegakkan agama Allah, lalu datanglah dua belas orang untuk bersedia menjadi penolong Isa as dan mereka disebut Hawariyyun oleh Allah.

Menurut Sayyid Muhammad Husaini Tabathaba’i dalam al-mizan fi Tafsiri Qur’an, kata Hawariyyun berasal dari kata Huur yang artinya sangat putih. Hawariyyun dapat dimaknakan orang-orang yang hati dan keimanannya sangat putih, jauh dari kekafiran apalagi pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Namun yang menjadi bukti paling kuat bahwa Yudas bukanlah penghianat adalah peristiwa yang terjadi di Getsemani, tempat di mana berkumpulnya para imam Yahudi yang bermusyawarah merencanakan pembunuhan Isa as. Pada malam itu, Yudas pergi ke tanah Getsemani untuk memberitahukan kapada para imam Yahudi bahwasannya Isa as siap berdamai kepada mereka setelah terjadinya kerusuhan di Yerusalem yang disebabkan ketidak-ridhoannya para imam dengan pengikut Isa as.

Dalam riwayat injil Matius mengatakan bahwa Yudas telah menerima imbalan sebesar ‘tiga puluh uang perak dan tiga puluh keping emas’ untuk memberitahukan tempat Isa as bersembunyi. Negosiasi yang terjadi antara Yudas dengan para imam Yahudi kala itu berlangsung cukup alot. Redaksi yang dimuat dalam Injil menyebutkan bahwa Yudas bersedia menerima negosiasi tersebut. Akan tetapi benarkah Yudas menerima negosiasi begitu saja? Jawabannya tidak. Jika dibandingkan dengan jabatan Yudas sebagai bendahara Isa as, imbalan tersebut tidaklah seberapa.

Dalam riwayat Yohanes dikisahkan;

Maka Yesus, yang tahu semua akan menimpa dirinya maju kedepan dan berkata kepada mereka: “siapakah yang engkau cari?”

Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Katanya dengan mereka: “Akulah dia.” Yudas yang menghianati dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

Ketika ia berkata kepada mereka: “Akulah dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. (Yohanes 18:4-6)

Apabila diperhatikan kalimat “Maka Yesus, yang tahu semua akan menimpa dirinya maju kedepan dan berkata kepada mereka: siapakah yang engkau cari?”, maka akan timbul pertanyaan, mungkinkah Isa as tidak tahu siapa yang dicari oleh mereka? Mungkinkah para imam tidak tahu siapa yang mereka cari? Padahal yang bertanya adalah objek mereka.

Dan dengan aneh mereka menjawab “Yesus dari Nazaret”. Bukankah seharusnya mereka menjawab “Kamu” karena tidak mungkin mereka yang terdiri dari para imam tidak tahu seperti apa rupa yang mereka cari.

Peristiwa yang juga mengherankan adalah ketika Isa as menjawab:

            ”Akulah dia” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.

Ada apa dengan kalimat “Akulah dia” sehingga mereka mundur dan jatuh ke tanah? Atau peristiwa apakah yang menyebabkan mereka terkejut sehingga mundur dan Jatuh ke tanah?

Setalah Yesus menjawab “Akulah dia” sehingga mereka mundur dan jatuh ke tanah, maka Yesus bertanya lagi:

Maka ia bertanya pula: “siapakah yang kamu cari?”

Kemudian mereka menjawab lagi: “Yesus dari Nazaret”

Jawab Yesus: “telah kukatakan kepadamu, akulah dia. Jika aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” (Yohanes 18:7)

Sungguh mengherankan, mengapa Isa as harus mengulang pertanyaannya? Mengapa sampai saat itu mereka belum memahami ucapannya? Mengapa peristiwa tanya jawab sederhana ini tiba-tiba menjadi sebuah dialog dengan konteks yang tidak lagi relevan dan rasional?

Sebenarnya beberapa penjelasan mengenai pertanyaan ini, dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang terjadi sebenarnya tidak disampaikan menurut kejadian yang sebenarnya sehingga teks kisah ini menjadi amburadul. Untuk memahami atau menjawab semua keganjilan ini dibutuhkan sebuah pemahaman yang tajam dengan didukung oleh referensi yang penting dan relevan. Allah telah berfirman:

Dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Annisa: 157)

Secara jelas, Al-Qur’an telah menyatakan bahwa Isa as tidak pernah dibunuh atau pun disalib. Dapat disimpulkan, apabila Isa as tidak pernah dibunuh atau disalib, maka ia tidak pernah tertangkap. Jika hanya ia tertangkap, maka kecil kemungkinannya untuk disalib atau dibunuh. Kemudian Al-Qur’an menyatakan lagi bahwa orang yang dibunuh dan disalib itu adalah orang yang diserupakan dengan Isa as. Artinya, orang yang ditangkap di Getsemani itu bukanlah Isa. Lalu siapakah yang mengaku-aku sebagai Yesus dari Nazaret itu?

Jika dicermati, maka jawaban mereka “Yesus dari Nazaret” mengidikasikan bahwa orang yang bertanya bukanlah Yesus (Isa as). Seperti dijelaskan, apabila yang bertanya adalah Isa as sendiri, maka para imam akan  menjawab “Kamu”. Sebab para imam telah mengenal betul sosok Isa as karena mereka sudah sering bertemu di Yerusalem untuk beribadah. Kemudian yang tak kalah penting, bagaimana pertanyaa itu terjadi berulang-ulang lalu dijawab dengan jawaban yang sama, yaitu “Yesus dari Nazaret”, seolah-oleh para imam ingin dibuat lebih percaya terhadap omonganya.

Pada kenyataannya, Injil Yohanes sendiri hanya menyebutkan satu nama dari sekian banyak orang yang hadir di tempat itu, yakni “Yudas yang menghianati dia” atau Yudas Iskariot.

Paragraf selanjutnya yang lebih penting adalah “Ketika ia berkata kepada mereka: “Akulah dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.” Kalimat inilah yang harus diperhatikan, karena kalimat ini menunjukan sikap terkejut para imam. Jika kalimat itu hanya berhenti pada “Yesus dari Nazaret”, maka masih bisa diterima karena tidak menunjukan sikap yang aneh para imam. Dengan kalimat berikutnya, dapat diartikan mereka sangat terkejut dan ketakutan karena orang yang bertanya dan mengaku-aku Isa as bukanlah Isa as yang mereka ketahui melainkan orang lain. Orang-orang itu tidak dapat menafikan penglihatan mereka yang mungkin baru beberapa saat saja menyaksikan bahwa orang yang tadi berkata  bukanlah Isa as. Lalu bagaimana mungkin dalam sekejap mata orang ini tiba-tiba menjadi Isa as? Artinya kenyataan inilah yang membuat mereka mundur dan terkejut  yang mengakibatkan mereka jatuh ke tanah. Maksudnya, setelah menyaksikan orang yang bertanya itu tiba-tiba menjadi serupa dengan Isa as, mereka tidak bisa percaya sehingga mereka merasa ketakutan untuk beberapa saat, mundur dan terjatuh.

Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa orang yang bertanya dan mengaku-aku Isa as adalah Yudas Iskariot yang saat itu memang hadir bersama mereka. Yudas dengan rasa kesetiaan yang tinggi ingin menyelamatkan Isa as dari pembunuhan itu dan rela bekorban demi keselamatan Isa. Karena dalam Ijil, kalimat berikutnya adalah “Jawab Yesus: “telah kukatakan kepadamu, akulah dia. Jika aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.” (Yohanes 18:7)”

Jadi, anggapan selama ini mengenai Yudas Iskariot telah salah bagi kebanyakan orang. Yudas yang sejatinya menyelamatkan Yesus berkat kesetiaaan yang tinggi dan pengorbanan nyawanya telah tertangkap dan disalib oleh mereka. Ingatlah bahwa imam Yahudi tetap meragukan tentang siapa yang disalib itu karena awalnya yang mereka lihat bukanlah Isa as, melainkan orang lain yang dalam sekejap berubah menjadi serupa dengan Isa as (lihat Annisa:157). Namun dengan perubahan, atau mungkin ketidak tahuan periwayat Injil mengenai ini, periwayat menuliskan Yesus yang ditangkap dan disalib.

Wallahu ‘alam ...

Peliculas Online